PANGIWO - PANENGEN JILID IV REFISI 1
PANGIWO –
PANENGEN JILID IV ( revisi )
Alhamdulillahi robbil alamin telah selesai penulisan Kitab
Pangiwo Panengen jilid IV
Mudah – mudahan penulisan
ini bisa membuka mata hati kita bahwa bangsa Penjajah khususnya Belanda telah
menutupi Penulisan Perjalanan Sejarah Bangsa Besar yaitu INDONESIA RAYA yang
merupakan sejarah perjuangan WALISONGGO Dan Akar Sejarah MAJAPAHIT yang saling
berkesinambungan dengan AGAMA ISLAM yang Mayoritas dianut oleh Bangsa
INDONESIA, maka wajarlah bahwa sejarah harus kita ingat selamanya darimanakah
kita ,siapakah Bangsa Indonesia sebenarnya.bahkan Presiden kita Pertama Ir.
Soekarno dalam pidatonya yang terkenal dengan JASMERAH ( jangan sekali – kali
meninggalkan sejarah )
Kerajaaan
majapahit dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas hampir seluas Asia Tenggara
dengan ibukotanya kutaraja mojokerto (kini kabupaten mojokerto) dengan rajanya
Prabu Rajasa Sanggrama Wijaya Jayawisnu Wardhana (Raden Wijaya) tahun 1293m –
1309m beliau mempunyai permaisuri dengan beberapa selir.Beliau dengan
permaisurinya Ragapadmi Tribuana Gayatri (putrinya Prabu Kertanegara raja
Singhasari) mempunyai 2 orang putri yang terkenal cantik - cantik yaitu:
1.Putri Tribuwana Tungga dewi
Jayawisnuwardhani(menjadi ratu majapahit menggatikan
abangnya Prabu Jayanegara yang
terbunuh di usia muda)
2.Putri Dyah Sri Rajadewi (menjadi
adipati di Kediri)
Raden Wijaya dengan salah
satu selirnya Dharapethak/Indreswari mempunyai anak laki - laki Prabu
Jayanegara yang terbunuh oleh tabib/dokter pribadinya pada usia 25 tahun.Kemudian
kerajaan majapahit di pegang oleh adiknya yakni Ratu Tribuana Tunggdewi
Jayawisnuwardhani,mulai memegang negara umur 17 tahun (tahun 1328m – 1350m)
yang menikah dengan perwira muda majapahit Pangeran Cakradara dan mempunyai
anak laki - laki yakni: Prabu Hayam Wuruk (Brawijaya III tahun 1350m – 1389m).
Di
bawah kekuasaan Prabu Hayamwuruk,majapahit maju pesat sejak majapahit Gajahmada
bersumpah ,,Amukti Palapa,, yang beliau ucapkan pada masa ibu raja Hayamwuruk
berkuasa (tribuana tunggadewi) Prabu Hayamwuruk menikah dengan permaisuri putri
Indidewi (berasal dari tiongkok) mempunyai 1 orang anak yakni: 1.Putri
Srigitarja yang menikah dengan seorang pendeta muda yakni Hyag Wekas ing
Syoka/wisesya.
Ratu
Srigitarja Jayawisnuwardhani memerintah kerajaan majapahit pada tahun 1389m –
1344m dimulai pada usia 15 tahun.Kemudian beliau wafat dan digantikan oleh
suaminya sambil menunggu anaknya dewasa.Suaminya Ratu Srigitarja Hyag Wekas ing
Syoka berkuasa tahun 1344m -1477m disebut Brawijaya IV.Ratu Srigitarja dengan
Hyag Wekas ing Syoka/Brawijaya IV mempunyai 2 orang anak yaitu :
1.Putri Suhita/Kencana Ungu 1428m –
1447m
2.Pangeran Kertabhumi/Kertawijaya
(1447m – 1450m) Brawijaya V
Setelah
kedua orang tuanya meninggal,Putri Kencana Ungu memerintah pada usia 16 tahun
bergelar Ratu Suhita(th 1428m – 1447m)yag terkenal jelita se-Asia yang hampir
setiap hari bertapa dalam sumur di Keputrenya untuk lebih mendekatkan diri
kepada Yang Maha Kuasa karena beliau seorang gadis dan tiada kedua orangtua,bersamaan
setelah mulai banyak pemberontakan dari wilayah yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Mojopahit.Namun semuanya itu malah kalah tangguh dengan pasukan -
pasukannya Majapahit yang masih kuat - kuat dan mempunyai pos - pos di ujung
barat yakni Tumasik (Si ngapore),Pahang(malysia) hingga ujung timur yakni
Swarna Bumi Patani (kini Pogrisi Thailand Selatan) Moro (Fhilipina Selatan)
hingga pesisir P.Jawa sebelah selatan.
Pemberontakan
yang paling hebat adalah pemberontakan dari sebelah timur P.Jawa yakni dari Kabupaten
Blanbangan yang di pimpin oleh Bre Wirabumi (Raden Menak Jinggo/putra dari Bre
Wira Kramawardhana)masih saudara sepupu dari Ratu Suhita/Kencana Ungu
sendiri.Bre Wirabumi ingin menguasai seluruh Majapahit dengan jalan ingin
menikahi Ratu Suhita sendiri akan tetapi Ratu Suhita tidak mau dan tak ingin
menyerahkan tahtanya kepada siapapun.Akibatnya Bre Wirabumi/R.Menak Jinggo
menyiapkan pasukan besar - besaran untuk menghancurkan majapahit dan mengambil
alih tahta Ratu Suhita yang mana Bre
Wirabumi terkenal sakti mempunyai senjata dari tiongkok berupa gada besikuning
yang sekali angkat saja langsung berpuluh - puluh orang meninggal.
Hal
tersebut sangat merisaukan hati Ratu
Suhita beserta seluruh pejabat - pejabatnya dan mencari cara bagaimana
menghancurkan Bre Wirabumi sebelum berangkat keluar Blanbangan menuju Kutaraja
Majapahit Ratu Suhita pada masa itu masih berumur 19 tahun setiap hari bertapa
dalam sumur keputrenya memohon petunjuk pada Yang Maha Kuasa supaya ada
wagsit/wahyu tentang siapa/bagaimana cara menghancurkan Bre Wirabumi.
Jadi
masa itu di ujung P. Sumatra diam - diam telah berdiri kerajaan kecil dengan
rajanya beragama islam yakni Kerajaan Samudra Pasai (kemudian menjadi
Kesultanan Aceh) yang didirikan oleh Da’I (pendakwah islam) sambil berdagang
dari Rusia Selatan yakni Ibnu Basurah.Walaupun kerajaan kecil sangat makmur dan
aman dengan penduduknya sebanyak para pedagang - pedagang dari Arab(A), China(C),
Eropa(E) Hindustan(H),dari singkatan huruf - huruf tersebut di jadikan satu
menjadi ACEH.
Bersamaan
masa itu kekhalifaan islam masih kuat masih di pimpin kesultanan turki dan
perokonomian maju pesat hingga para pendakwah islam dengan leluasa menyebar di
bumi sambil berdagang dan banyak yang mempunyai pos – pos pedagang sampai di
P.Jawa dan lebih - lebih sampai di P.Madura,yang mana di P.Madura telah banyak
pesantren - pesantren walaupun kecil - kecil.
Di
daerah pengging (kini Jogjakarta/Yogyakarta) pada daerah Talun Ombo/Talun
Amba/Paluamba di mana seorang pemuda bernama Sayyid Alwi Adzimat Khan merantau
meninggalkan daerahnya menuju Kutarajasa Majapahit menuju rumah paman tertuanya
yang menjadi patih sepuh/tua Kerajaan Majapahit yakni Patih Damarmanik Karna
Alwi A. Khan sangat ingin menjadi salah satu prajurit Majapahit sebab Alwi A.
Khan ingin berbakti pada negara dan merasa mempunyai bekal ilmu baik kanuragan
kedigdayaan maupun ilmu kesatriyaan yang pernah di pelajarinya pada beberapa perguruan.
Tak
lama tinggal pada Patih Damarmanik ,Alwi A.Khan sangat berduka karena paman
tertuanya tersebut meninggal dunia namun dia dititipkan pada adik ipar pamannya
yang menggatikan menjadi patih kerajaan yakni Patih Logender.Beliau sangat sayang
pada Sayyid Alwi karena semangat ingin berbakti pada negara,di perlakukannya
sangat baik oleh Patih Logender.
Selama
tinggal di Kutaraja Mojokerto,orang - orang Majapahit memanggilnya dengan
panggilan Raden Damarwulan karena wajah dan fisiknya sangat rupawan berkulit
bersih bagaikan bulan purnama.Yang mana Patih Logender mempunyai 2 orang anak
laki - laki kembar yang umurnya sama dengan Raden Damarwulan yakni Raden Layangseta
dan Raden Layangkumitir ,dan seorang anak wanita yang sudah remaja bernama Dewi
Anjasmara 2 pemuda kembar Patih Logender tersebut sangat iri hati pada Raden Damarwulan,hingga
2 saudara kembar tersebut melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan nama baik
Raden Damarwulan baik itu dengan cara fitnah dan sebagainya.Hingga terjadilah
fitnah yang mana Raden Damarwulan harus mendekan di dalam penjara,semuanya itu
di laluinya dengan sabar,Patih Logender semakin kasihan melihatnya.
Suatu
hari Kerajaan Majapahit mengumumkan Sayembara /perlombaan setelah Ratu
Suhita/Ratu Kencana Ungu mendapat wangsit/wahyu dari Yang Maha Kuasa tentang
siapa yang bisa mengalahkan Bre Wirabumi dan menyelamatkan kerajaan.
Isi sayembara tersebut
adalah siapapun yang mengalahkan Bre Wirabumi dan membawa kepalanya kehadapan
Ratu Suhita,jika laki - laki akan di jadikan suaminya,jika perempuan akan di
jadikan saudari terdekatnya dan di jamin hidupnya oleh istana Kutaraja.
Inilah
jalan terbaik bagi Raden Damarwulan,Patih Logender menyuruh Raden Damarwulan
untuk mengikuti sayembara tersebut. Siapa tahu bisa merubah nasibnya.Terjadilah
perang besar yang disebut dengan perang undur - undur antara Kerajaan Majapahit
dengan pasukan blanbangan yang di pimpin sendiri oleh Bre Wirabumi /Raden Menak
Jinggo.Yang mana 2 istri selir Raden Menak Jinggo yaitu Putri Puyengan(dari
Pasuruan) dan Putri Wahito (dari Probolinggo) berhasil mencuri senjata Gada
besi kuning milik Bre Wirabumi dan di berikan kepada Raden Damarwulan.
Sejak
senjata tersebut di pegang oleh Raden Damarwulan, maka Bre Wirabumi berhasil di
kalahkan dan meninggal di atas lantai kayu, sebab bila jatuh ketanah beliau
bisa hidup lagi karena mempunyai ajian Rawe Rontek. Lalu kepala beliau di potong
dan di bawa oleh Raden Damarwulan beserta selir Raden Menak Jinggo tersebut sebagai
saksinya kehadapan Ratu Suhita di istana Kutaraja Mojokerto.Setelah berada di
istana,Ratu Suhita tahu bahwa wajah Raden Damarwulan terlihat dalam
wangsit/wahyu yang datang padanya saat bertapa dulu dalam sumur keputrennya.
Akhirnya
Raden Damarwulan/Sayyid Alwi Adzimat Khan menikah dengan Ratu Suhita/Ratu Kencana
Ungu dan mempunyai 3 orang istri selir yaitu:
-
Dewi Anjasmara(putri Patih Logender)
-
Dewi
Puyengan
-
Dewi
Wahito
Kerajaan Majapahit kembali aman di
pimpin Ratu Suhita dan suaminya Raden Damarwulan.
Pada masa itu kedatangan tamu dari tiongkok yakni utusan kaisar Eng Lok
Kun membawa expedisi sangat besar yaitu Panglima Angkatan Laut Mukhammad Cheng
Ho/Cheng He,setelah Cheng Ho kembali ke tiongkok dan setelah pension beliau datang
secara pribadi dengan beberapa pengikutnya mendarat di pelabuhan tanjung emas –
Semarang serta mendirikan sebuah masjid.Namun karena tidak terawat setelah
M.Cheng Ho meninggal maka lama kelamaan masjid tersebut menjadi kuil yaitu kuil
gedog batu – Semarang.
Sedangkan makam laks. M.Cheng Ho ada di belakang kuil
tersebut yang terawat rapi sampai kini,di lestarikan oleh penduduk setempat.
Raen Damarwulan dan Ratu Suhita mempunyai anak seorang laki- laki yakni
sayyid Qudbuddin Alwi A. Khan.
Dan RadenDamarwulan dengan putri Dewi Anjasmara mempunyai anak seorang
laki- laki bernama Sayyid Sattar Alwi A.
Khan
Sedangkan dengan istrinya yang lain tidak berputra,makam
Raden Damarwulan berada di atas gunung Kandangan (sungai kecil di pegunungan tengger)
pada daerah Desa Nongkojajar – Kecamatan Purwodadi – Kabupaten Pasuruan.
Sedangkan Ratu Suhita makamnya berada di daerah
pemakaman Troloyo – Trowulan – Mojokerto.Namun makam beliau brada di tengah -
tengah pemakaman umum dan brada dalam sebuah bangunan kecil bersih, siang malam
lampu yang terus bersinar dan berdampingan dengan pemakaman Dewi anjasmara.
Kalaupun buku - buku peninggalan Belanda menyatakan
bahwa Kencana Ungu dengan Raden Damarwulan tidak mempunyai anak,kita tidak
heran bahwa kaum penjajah (Belanda) tidak ingin adanya rasa persatuan bangsa pada
bumi Nusantara,di khawatirkan oleh Belanda akan timbul pergerakan dari segala
lapisan masyarakat baik ningrat,santri maupun masyarakat umum bersatu untuk
menentang penjajahan.Selama 350 tahun kita tidak hanya di tipu melainkan di
bodohkan dan di tidur lelapkan oleh penjajah Belanda sedangkan penjajah Belanda
selama itu menguras hasil dibumi Nusantara dan sebagian barang - barang berharga
milik kerajaan – kerajaan dulu banyak berpindah tempat.Arca emas Ken Dedes pun
ada di museum Leiden – Netherland.Dan almarhum Presiden Soeharto yang berhasil mengambil
kembali arca emas tersebut dan di ganti arca Ken Dedes dari perunggu,kini kini
arca emas tersebut berada di museum negara Jakarta.
Apakah sejujurnya mereka (penulis - penulis belanda)
menunjukan tulisan – tulisan kuno sesuai
dengan aslinya? Ataukah mungkin sudah di ubah di sana – sini? Kita tak harus percaya
100% kepada(penulis - penulis sejarah/belanda) karena penjajah menulis untuk
kepentingan pemerintahan jajahan,kalau perlu semua yang di kusainya bisa
diubahnya sesuai dengan yang di inginkan penjajah Belanda.
Pada saat baru saja Indonesia merdeka tahun 1945
hampir semua buku - buku pedoman sejarah masih buku - buku sejarah yang
berhasil ditulis oleh ahli purbakala Belanda. Ratu mereka hanya menyatakan
bahwa Suhita/Kencana Ungu menikah dengan Raden Damarwulan /Damar Sasongko tidak
pernah di jelaskan. Sbenarnya Raden Damarwulan itu siapa?nama asli lahir itu
siapa?daerah Palamba / Talun Amba itu di wilayah mana?datang dari kluarga
ningrat / bukan atau mempunyai marga / tidak. Sengaja pemerintah belanda
menutup asal - usul tersebut karena bila di ketahui nama marga seseorang, jelas
bila di ketahui asal - usul orang tersebut bahkan leluhur asal orang tersebut
yang akibatnya masyarakat umum hanya tahu Raden Damarwulan muncul secara tiba -
tiba sebagai penyelamat negara Majapahit.
Namun dari pihak keraton banyak mempunyai buku - buku
tentang Raden Damarwulan dan bahkan pihak internasional milik persatuan para
habaib / habib di seluruh dunia bahkan museum di Turki mempunyai catatan
hubungan khalifah - khalifah mulai mu’awiyah,khalifah Abbasiyah dan Sultan -
sultan Turki dengan raja - raja maupun ratu - ratu yg silih berganti di P.Jawa.
Menurut catatan Rabithah Al Alawiyah Al Maktab Addaimi
milik persatuan para habib Internasional baik keturunan Sayyidina Hasan bin Ali
bin Abi thalib maupun Sayyidina Hussein bin Ali bin Abi thalib yang mempunyai
kantor pusat di madinah dan kantor cabang di Jakarta bahwa Pangeran Sayyid
Qudbudin Alwi A. Khan adalah Brawijaya Pamungkas / penutup dengan wilayah
Majapahit kecil dan tunduk pada Krajaan Demak,bukan anak dari raja Kerthabumi /
Kertawijaya / Brawijay V tetapi anak dari ratunya Majapahit besar yakni Ratu
Kencana Ungu dengan Raden Damarwulan / pemuda dari Talun Amba / Palamba di
pengging/Ayodya-karta yang aslinya bernama Sayyid Alwi A.Khan di tinggal wafat
ibunya sejak lahir dan di bawa pindah - pindah tempat oleh Ayahandanya dan
sejak Ayahandanya wafat di titipkan ke wali yang mempunyai perguruan/pesantren
kecil di J.Tengah, setelah dewasa datang ke salah satu keluarga dari almarhum
Ayahandanya yang menjadi patih sepuh di kerajaan Majapahit yakni Patih
Damarmanik.
Seperti hanya Patih Damarmanik,seperti hanya Patih
Damarmanik nama aslinya siapa?sebagai keluarga dengan ayah Damarwulan sebagai keluarga
sedarah / ipar?tak pernah ada penjelasan dari catatan manapun, yang jelas
Damarwulan datang mengabdi pada patih sepuh Damarmanik yang masih keluarga. Kalau
Damarwulan jelas asal usulnya pada catatan persatuan habib internasional karena
anaknya:Pangeran Qudbudin Alwi memakai nama Adzimat Khan seperti dirinya yakni
Alwi Adzimat Khan. Jadi bisa diketahui asal usul leluhurnya.
Dari hal tersebut bisa diketahui bahwa penulis – penulis Belanda tak
semuanya mencatat sesuai dengan aslinya dilihat dulu mana yang mengungtungkan
penjajah/tidak. Sangat mengkhawatirkan penjajah bila di catat sesuai aslinya yang
kemungkinan akan menimbulkan rasa persatuan dalam diri seluruh lapisan
masyarakat hingga timbulah rasa nasionalisme yang besar yang lebih menakutkan
keberadaan pemerintah Belanda di bumi Indonesia.
Tugas generasi muda lebih menggali kembali dengan
kritis apapun milik nenek moyang Indonesia supaya tak brpindah tempat ke negara
lain dan apaun milik bumi Indonesia/ di tangan sendiri oleh sarjana - sarjana
Indonesia tidak mengekor nama – nama sarjana dari negara lain.
Pada masa itu para pendakwah - pendakwah islam dan
para wali(sebelum datagnya wali 9) telah lama memenuhi kota - kota besar dan
pelabuhan – pelabuhan yang berada di bumi nusantara dengan jalan berdagang.
Personil mereka dari timur tengah telah banyak menikahi penduduk setempat dan
banyak mempunyai gudang –gudang perdagangan pada kota - kota besar di
P.Jawa,lebih- lebih Kutaraja Majapahit.
Namun setelah Ratu Suhita dan Raden Damarwulan wafat,
rakyat kurang berkenan bila yang menjadi raja adalah anak dari Ratu Suhita dan
Raden Damarwulan yakni Pangeran Qudbudin Alwi A. Khan, sebab garis ayah bukan
dari kerajaan Brawijaya, maka rakyat berkenan pada Pangeran Kertabumi (adik
kandung Ratu Suhita) yang menjadi raja bergelar raja Kertawijaya/Brawijaya V
(thn 1447m – 1450m)
Sejak raja Brawijaya V menjadi raja, negara sudah ada
dalam keadaan pecah belah, sudah banyak negara - negara taklukan yang
melepaskan diri menjadi kerajaan kecil yang berdaulat. Di dalam istana pun
sudah trjadi perpecahan - perpecahan.
Majapahit telah menjadi negara lemah yang kurang berdaulat,tak ada
wibawanya,keamanan sudah jauh berkurang dan perekonomian merosot tajam. Tapi
didalam kas negara dan kekayaan istana terdapat koin - koin emas,permata -
permata dan kekayaan lainnya yang tak trnilai harganya peninggalan kejayaan
kerajaan sewaktu di pegang oleh leluhur - leluhur raja Kertawijaya/Brawijaya V
yang belum pernah tersentuh pihak umum.
Semuanya itu menyebabkan kecemburuan sosial bagi rakyat dan kerajaan - kerajaan lain yang telah lama mengincarnya.
Datanglah utusan dari kerajaan Keling Kediri yang
merupakan taklukan Majapahit supaya Brawijaya V menyerahkan tahta dan
kekayaannya pada raja Keling Kediri yaitu Prabu Udara,kalau tidak Prabu Udara
akan mengambil tahta dengan paksa.
Pada waktu itu persatuan para wali beserta para santri - santrinya
menawarkan tenaga untuk bergabung dengan tentara Majapahit melawan Prabu Udara
dengan pasukannya Ghirindrawardhana. Tetapi di tolak oleh brawijaya V dan cukup
beliau sendiri bersama tentara - tentara Majapahit akan melawannya sendiri.
Terjadilah perang perebutan tahta yang seru,akhirnya Brawijaya V dengan tentara
Majapahit kalah total,Prabu Udara menjadi raja Majapahit (th 1450m – 1477m) dan
tentara Girindra wardhana menduduki pos - pos penting di Kutaraja.
Prabu Brawijaya V besrta kluarganya dan para bangsawan
yang ikut beliau serta tentara - tentara yang setia kepadanya lari mengungsi
keseluruh P.Jawa,terkadang dengan memakai nama samaran supaya tidak di bunuh
oleh mata- mata Prabu Udara,termasuk
Prabu Brawijaya V sendiri memakai nama samaran Raden Gugur di desa lereng
Gunung Lawu Ngawi Jatim.
Prabu Brawijaya V semasa menjadi raja mempunyai istri selir yang di
cintainya yakni Dewi Dwarawati yang berasal dari negri Chanpa / Kamboja
beragama islam (merupakan bibi dr Sunan Ampel – Surabaya) namun tidak berputra,
akhirnya Brawijaya V mengambil permaisuri dari funan (tiongkok selatan) di beri
nama Dewi Ratnajuwita dan hamil.
Dalam keadaan hamil,beliau terfitnah oleh para selir -
selir yang lain yang banyak sekali,akhirnya raja terbujuk fitnah dan di usirnya
permaisuri yang sedang mengandung keluar dari istana. Dengan bekal kekayaan yang
banyak dari suaminya (Brawijaya V), permaisuri berlayar di iringi armada yang
setia padanya yang anggotanya terdiri dari murid - muridnya Sunan Ampel
(R.Akhmad Rahmatullah/Bung Swie Hoo) Surabaya yang dipimpin oleh salah satu
santri pedagang dari tiongkok yaitu Sung Hing yang sakti. Kepergian prmaisuri
bukan jalan yang aman baginya melainkan penuh bahaya sebab nyawa permaisuri dan
putra mahkota dalam kandungan di incar oleh orang - orangnya Prabu Udara dan
orang - orangnya para selir - selir Brawijaya V yang tidak menyukai permaisuri
serta tak menyukai lahirnya putra mahkota.
Dalam situasi tidak aman rombongan armada prmaisuri yang
dikomando oleh Sung Hing mendarat di pelabuhan bengkalan – P. Madura untuk
menghindari kapal - kapal musuh yang mengejar permaisuri. Di P. Madura Sung
Hing mengajari orang - orang Madura membuat seni tali temali / tampar.
Dalam keadaan aman,armada permaisuri berlayar terus
kelautan utara Jawa. Dalam keadaan kurang aman Sung Hing mengajak mereka
mendarat di pelabuhan kecil kota jepara. Selama singgah di jepara,Sung Hing
mengajari orang - orang jepara seni ukir mengukir.
Kemudian rombongan permaisuri berlayar terus sampai P. Sumatra, yang mana
Sung Hing meminta perlindungan bagi permaisuri putra mahkota dalam kandungan
kepada penguasa Sumatra selatan yakni Adipati Pailin Bang (kelak orang - orang
menyebutnya Palembang). Mereka diterima dan dilindungi oleh Adipati Pailin Bang
beserta seluruh rakyat Sumatra selatan.
Pailin Bang adalah bekas Jendral Kepala Keamanan Putri
Ong Tien Hio (putri kaisar Hong Gie tiongkok selatan) sewaktu hamil pada masa berlayar
mencari suaminya yakni Waliullah Sunan Gunung Jati Lie Guang Chang dan Lie Guan
Hien.
Baik Pailin Bang,Lie Guan Chang,Lie Guan Hien mereka semuanya akhirnya
menjadi murid - murid setia Sunan Gunung Jati.
Hanya Pailin Bang yang di angkat oleh Sunan Gunung
Jati menjadi Adipati di Sumatra selatan,sedangkan Lie Guan Chang dan Lie Guan
Hien tetap setia menjaga putri Ong Tien Hio hingga wafatnya. Makam mereka berada
di pemakaman Keraton Kesepuhan Cirebon – Jawa barat.
Setelah Pailin Bang wafat,Sung Hing menggatikan menjadi Adipati di
Sumatra selatan bergelar Adipati Arya Damar dan menikahi bekas permaisuri Raja
Brawijaya V yakni Dewi Ratnajuwita. Yang mana putra mahkota Majapahit sudah
berumur 2 tahun bernama Pangeran Jin Bun (kelak R. Patah) / Pangeran Hasan.
Sung Hing / Adipati Arya Damar dgn Dewi Ratnajuwita
mempunyai anak laki - laki yang bernama Raden SungKinsan/Raden Husein yang
kelak akan menjadi Adipati Terung/Lasem dan pada masa kerajaan Demak di puji
oleh Raden Patah / Jin Bun berperang melawan Portugis yang ingin menguasai
pelabuhan Sunda Kelapa, Raden Sung kinsan berjuang brsama Raden Fatahillah
(pangeran Fadilah Khan dari Gujarat – India Belakang) yang menjadi menantu
Sunan Gunung Jati – Cirebon, hingga portugis kalah dan meninggalkan Sunda
Kelapa (kini Jakarta)selama - selamanya dan pindah bercokol di bumi timor -
timor (timor leste).
Untunglah sewaktu tentara Girindrawardhana datang
menyerbu istana Majapahit sang permaisuri dalam keadaan hamil sudah terusir
dari istana dan sudah dalam keadaan berlayar di lautan,jadi hanya prabu
Brawijaya V besrta selir - selir dan anak - anak mereka yang mengalami serangan
oleh prabu Prabu Udara dengan tentara Girindrawardhana. Sebagian keluarga Prabu
Brawijaya V banyak yang gugur dan yang selamat melarikan diri mengungsi termasuk
Prabu Brawijaya V.
Selama Majapahit dicengkram Prabu Udara dengan
tentaranya,keadaan rakyat semakin susah, keamanan porak poranda;siapa yang kuat
yang pro Girindrawardhana itulah yang menang. Wilayah Majapahit tinggal
seperempatnya saja,banyak rakyat yang lepas mendirikan negeri sendiri - sendiri.
Rakyat yang mayoritas hindu,budha dan animisme / dinamisme sangat
tertindas oleh kesewenang - wenangan tentaranya Prabu Udara. Rezim Prabu Udara
hanya mencari kekayaan saja.
Agama islam sangat minoritas tetapi mempunyai
perekonomian yang kuat,para pedagang - pedagang dan para pangeran - pangeran
Majapahit yang beragama islam terutama anak-anak pangeran Qudbudin Alwi A. Khan
(anak satu - satunya Ratu Suhita/Kencana Ungu dgn Raden Damarwulan/Alwi A.
Khan) yang mana pangeran Qudbudin Alwi A. Khan dengan beberapa isterinya
mempunyai anak - anak sebanyak 105 orang,50 orang wanita 55 orang laki - laki.
Pangeran Qudbudin Alwi A. Khan sewaktu berdiri
kerajaan Demak ,beliau diamanahi memimpin wilayah bekas kutarajasa Majakerta
(majapahit kecil) yang wilayahnya kembali kecil seperti semula sewaktu baru
berdiri oleh Raden Wijaya dulu, yang mana Pangeran Qudbudin Alwi A. Khan setiap
bulan membayar upeti pada kerajaan Demak dan Bergelar Brawijaya Pamungkas / orang
pendatang terutama pedagang besar dari tiongkok menyebutnya dengan Nyoo Laywa.
Anak - anak Qudbudin Alwi A. Khan mempunyai usaha jalur perdagangan internasional
dan mempunyai gudang - gudang perdagangan pada pelabuhan – pelabuhan seluruh
P.Jawa.
Pada masa itulah para
pendakwah – pendakwah islam dan para wali banyak menolong penderitaan rakyat,
lama kelamaan membentuk organisasi social yang dinamakan organisasi social
Walisongo yang mana Sembilan waliullah tersebut bergantian memimpin oranisasi
setiap jangka waktu tertentu yang telah disepakati mereka bersama. Masing –
masing mereka telah mendirikan perguruan pesantren – pesantren disamping mengajarkan
ilmu – ilmu agama juga mengajarkan ilmu – ilmu beladiri
kanuragan,kedigdayaan,ilmu tata negara dan kesatrian yang mengajarkan cinta
tanah air,juga mengumpulkan infaq,shodaqoh dan jaryah dari mereka – mereka yang
mampu di bagikan untuk mereka setiap bulan kepada rakyat Majapahit yang
mayoritas sedang menderita berat terjajah oleh rezim Prabu Udara degan
tentaranya Ghirindrawardhana.
Seiring dengan
berjalannya organisasi Walisongo yang sukses,seiring pula dengan semakin
besarnya satu – satunya putra mahkota Majapahit di tanah rantau yaitu Pangeran
Jin Bun/Hasan (kelak Raden Patah).
Sejak umur 10 thn Pangeran Jin Bun oleh ibunya (Dewi
Ratnajuwita)dititipkan pada pesantrennya sunan Gunung Jati – Cirebon supaya
mendapat pendidian agama islam hingga berumur 15 tahun. Setelah pesantrennya
Waliullah sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq) di kota Kudus – Jawa Tengah,
supaya lebih mendalami agama islam dan mendapat ilmu kanuragan,kedigdyaan dan
kesatriyaan. Sewaktu berumur 17 tahun Pangeran Jin Bun berguru pada pesantrennya
sunan Ampel di Surabaya untuk lebih mendalami segala ilmu terutama ilmu tata
negara dan liku – liku berjalannya politik dan kehidupan tata cara istana yang
mana dulu sebelum di serang oleh Prabu Udara, keraton/istana Majapahit pernah
mengambil (sunan Ampel) sebagai salah satu penasehat negara sewaktu bibi sunan
Ampel Dewi Dwarawati menjadi selir 1/utama nya Prabu Brawijaya V dinikahkan
dengan putrinya :Dewi Candrawati walaupun sunan Ampel telah mempunyai 2 orang
istri yang dibawanya sewaktu belum datang ke P.Jawa yakni Putri Raja Champa /
Kamboja dan Putri Raja dari salah satu kerajaan di Tiongkok Selatan. Pada
akhirnya Pangeran Jin Bun di nikahkan dengan putrinya sunan Ampel yang tertua
yaitu Dewi murtasyah kelak menjadi permaisuri kerajaa Demak.
Sangat menderita,tidak
nyaman dan terbelenggu kebebasan hak – hak diri rakyat di kuasai oleh
penjajah,diam – diam dalam hati Pangeran Jin Bun ingin mengusir dan
menghabiskan seluruh tentara Girindrawardhana dan Prabu Udara dari bumi
Majapahit.
Dianjurkan oleh
Walisongo supaya pangeran Jin Bun mengabdi dulu pada Prabu Udara. Saran
tersebut diikutinya yang akhirnya Pangeran Jin Bun diangkat oleh Prabu Udara
menjadi Adipati di daerah Bintoro (kini demak).
Dengan jabatan tersebut
memudahkan Pangeran Jin Bun menggalang persatuan rakyat dan lama – lama seluruh
lapisan masyarakat berbagai keyakinan bersama sisa – sisa tentaranya Prabu
Brawijaya,seluruh keluarga kerajaan yang brada di perantauan besrta Walisongo
dan santri – santrinya,mereka dikomandoi Pangeran Jin Bun berjuang bersama –
sama berperang mengusir Prabu Udara dan tentaranya Girindrawardhana.
Akibatnya tentara
Girindrawardhana kalah total dan Prabu Udara yang sakti meninggal di tangang
sunan Kudus/Sayyid Ja’far Shodiq. Pihak Majapahit banyak yang gugur,di
antaranya yang gugur terdapat Waliullah dari tiongkok bernama Waliullah Tan Kim
Han(syekh Abdul Qodir Assyinni). Dari provinsi fu Jian/Tiongkok Selatan yang
merupakan leluhur garis lurus ke atas dari pendiri Nahdlatul Ulama yakni
K.H.Hasyim Asya’ri, K.H.Wakhid Hasyim dan anaknya K.H.Abdur rokhman wakhid Hasyim
/ Gusdur presiden Republik Indonesia ke 4. Makam Waliullah Tan Kim Han berada
di pemakaman Troloyo – Trewulan – Mojokerto – Jawa Timur. Dan di antara pejuang
– pejuang Majapahit yang masih hidup terdapat Waliullah dari Madinah yang
menikahi putrinya Pangeran Qudbudin Alwi A. Khan/Brawijaya Pamungkas yakni
Putri Dewi Kencananingrum,Waliullah tersebut adalah Sayyid Maulana Mukhammad
Fadlullah Adzimat Khan – Al kubro (Syekh Maghribi – Jawa Tengah) yang berpindah
dari Majapahit ke Jawa Tengah mendirikan perguruan pesantren di pinggir laut
selatan tepatnya di Parangkusumo. Dari beliaulah menurunkan sultan – sultan
mataram islam, kasunan Surakarta/Solo,mangkunegaran,sultan – sultan
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pakualaman. Makam beliau sekeluarga dan murid – muridnya
berada di Parangkusumo dan terawat rapi
oleh keluarga kerajaan Ngayogyakarta maupun Surakarta sampai kini. Tidak heran
kalau tanah yang berada pada pemakaman sultan – sultan Jawa di pemakaman Bukit
Imogiri – Bantul – Jogyakarta adalah tanah yang diambil dari tanah mekkah Al
Mukarromah dan dari Madinatul Munawarroh negeri asal Nabi Muhammad s.a.w. dan
mengingatkan keluarga kerajaan sultan – sultan Jawa bahwa di antara leluhur
sultan – sultan Jawa berasal dari Mekkah dan Madinah.
Dengan kemenangan
Pangeran Jin Bun,di panggilnya Raja Brawijaya V di Gunung Lawu / Ngawi – Jatim
pleh mereka semua untuk menduduki tahta kembali. Setelah Raja Brawijaya V
bertemu mereka semuanya,raja memutuskan untuk memberikan tahtanya kepada anak
kandungnya yaitu Pangeran Jin Bun dan pamit pergi ke Gunung Lawu lagi untuk
bertapa (lengser Prabon madeg pandita). Yang mana pada akhirnya Prabu Brawijaya
V / Kertabumi berguru kepada Sunan Kalijogo dan berhasil molegya(mencapai
kesempurnaan diri dan telah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya,istilah
hakekatnya adalah mengetahui guru sejatinya sendiri). Beliau bergelar Kanjeng
Sunan Lawu. Makam beliau berada di Alas Ketonggo – Ngawi – Jawa Timur.
Setelah kepergian Prabu
Brawijaya V ke Gunung Lawu, Pangeran Jin Bun menggatikan ayahnya menjadi
raja,tetapi beliau teringat kata – kata Sunan Giri(Sayyid Ainul Yaqin A. Khan)
sewaktu berhadapan dengan Pasukan Giridrawardhana dulu beliau selalu berucap ,,Sirna
haling Kertaning Bumi’’ artinya takkan ada lagi kekuasaan yang berdiri di atas
bumi Majapahit hingga akhir kerajaan dikarenakan perebutan kekusaan.Pangeran
Jin Bun berunding dengan para Walisongo yang sepakat memindahkan pusat kerajaan
menuju Bintoro/Demak. Yang mana seluruh barang – barang istana dan bangunan –
bangunan yang penting – penting di istana di pindahan semua ke Bintoro/Demak.
Mengenai simpanan harta benda yang melimpah ruah milik keraton Majapahit, oleh
Walisongo bersepakat dengan Pangeran Jin Bun dan di depan mata para punggawa –
punggawa/pejabat – pejabat, tentara – tentara Majapahit dan wakil – wakil rakyat
Majapahit,……… harta karun Majapahit tersebut di titipkan pada raja – raja
lelembut yang berada di seluruh pelosok P. Jawa, tiba – tiba tumpukan harta
karun tersebut di depan mereka lenyap karena raja – raja lelembut datang
mengambil titipan tersebut atas izin Walisongo dengan Pangeran Jin Bun.
Adanya kespekatan antara
Walisongo bersamaan Pangeran Jin Bun dengan raja – raja lelembut di seluruh P.
Jawa bahwa harta karun tersebut tidak boleh di berikan kepada sembrang generasi
melainkan kelak diizinkan kelak buat rakyat Nusantara sewaktu di pimpin oleh
Kepala Negara bergelar Satriya Pinandita Sinisihan Wahyu yang sangat amanat
kepada rakyatnya,pada masa itulah hampir seluruh punggawa – punggawa/pejabat –
pejabat Nusantara banyak yang jujur/amanat untuk rakyat di pegang teguh hingga
kemakmuran bisa merata. Yang mana pada zaman tersebut rakyat umum bebas tidak
membayar pajak, hanya usaha – usaha/pabrik – pabrik saja yang membayar pajak
(wong cilik anemu kethok emas wong gedhe bakal gumuyu – karta jamanipun nuli
negaranira rengka), begitulah istilah dalam salah satu petikan buku ,,Ramalan
Jayabaya”.
Setelah adanya peralihan
kekuasaan dari kerajaan Majapahit ke kerajaan Demak, diresmikanlah berdirinya
Kerajaan Isalam Demak dengan rajanya bergelar Sultan/Raja Hasan/Jin Bun. Hal
tersebut ditandainya dengan diresmikannya Masjid Agung Demak pada tahun 1478
masehi. Yang mana setelah peresmian,malam harinya di adakan hiburan rakyat
berupa pergelaran wayang kulit semalam suntuk yang menjadi dalang adalah Wali
sunan Kalijogo(Raden Sayyid/Gansie Chang) dengan dihadiri seluruh rakyat
berjejal – jejal di lapangan depan masjid Demak dengan cerita besar ,,Perang
Bharatayudha Jayabinangun” yang dimenangkan Pandawa/Panengen atas
Kurawa/Pangiwo. Setelah melaksanakan ibadah haji di mekkah Sultan Hasan/Jin Bun
bergelar Sultan Akbar Al Fattah yang mana rakyat menyebutnya Raden Patah.
Seluruh pusaka – pusaka kerajaan Majapahit yang dianggap kurang
penting dikuburkan semua pada salah satu makam di belakang masjid Demak,
sedangkan yang penting dibawa sendiri oleh Raden Patah/Jin Bun.
Menurut keterangan
Walisongo kepada rakyat bahwa sejak kerajaan Demak berdiri adalah bukan masanya
saling berebut pusaka – pusaka atau kesaktian – kesaktian melainkan setiap diri
untuk merebut ajimat Kalimosodo. Maksudnya, bagi yang bukan islam adalah saling
berlomba melaksanakan ibadah menyembah Tuhan Yang Maha Satu dengan cara
keyakinan masing – masing yang tujuannya adalah tetap Tuhan Yana Maha Esa.
Sedangkan bagi isalm adalah Kalimosodo (Kalimasada) yang berarti Kalimat
Syahadat yang terucap sejak dalam alam roh terus masuk ke dalam gua garba atau
perut ibu terus hidup di dunia hingga alam kelanggengan tetap mengucap syahdat.
Reformasi sukses yang
pernah terjadi di bumi yang dilaksanakan oleh Organisasi Walisongo karena di
dasari ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ketulusan hati dalam pengabdian
mengangkat taraf hidup pada rakyat jelata yang tadinya terpilah – pilah dalam
kasta – kasta dan terpuruk karena gulung tikarnya sistim pemerintahan rezim
Girindrawardhana, dengan adanya reformasi pelan – pelan tapi tulus walaupun
bertahun – tahun namun akibatnya mengena di hati rakyat yang dengan sendirinya
masyarakat merubah dirinya sendiri.
Dengan kesadaran cinta
tanah air mengikuti apa yang disarankan oleh pangeran Jin Bun/Raden Patah
dengan Walisongo dalam merubah sistim kenegaraan. Jadi bukan reformasi yang
hanya berjalan sebagai suatu gebrakan saja penuh hingar bingar tetapi kurang
mengena di hati rakyat yang akibatnya hanya menimbulkan persaingan – persaingan
antar pimpinan – pimpinan maupun persaingan – persaingan antar kelompok
masyarakat.
Adapun susunan
organisasi social Walisongo terdiri dari 5 periode,yang mana pada periode pertama
masih sebagai wadah para wali dan pendakwah – pendakwah islam berkumpul untuk
menanggulangi permasalahan yang ada di Bumi Majapahit supaya orang – orang
islam berguna bagi masyarakat dan negara namun belum terbentuk secara sistimatis.
Yang mana periode pertama dipimpin oleh Waliullah Sayyid Maulana Malik Ibrahim
Adzimat Khan yang meninggal pada th 1419m, terlahir di negri Turki dan besar di
Gujarat/India Belakang, berkenalana menyebarkan agama islam dan wafat di
Gresik. Makam beliau berada di Gresik. Keturunan beliau yang ke-12 adalah K.H.
Acmad Dahlan (Mokhammad Darwis) yang mendirikan Organisasi Sosial Muhammadiyah
(berdiri 1912m di Yogyakarta) yang mana kelak kami ungkapkan nama – nama
leluhur KH. Ahmad Dahlan pada jilid V nanti, marga nama Adzimat Khan berasal
dari garisnya Waliullah Abdullah A. Khan keturunan dari Sayyid Zainal Abidin
r.a. putra dari Ali bin Abi Thalib, jadi anak Fatimah r.a. binti Rasulullah
s.a.w. dengan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib ,yang mana makam Sayyid Hussein r.a.
berada di Karbala – Irak karena terbunuh oleh algojonya Yazid bin Muawiyah As Sofyani
yakni Shemir orang Irak.
-
Organisasi
walisongo II terbentuk th 1421m dengan pemimpinnya Sunan Ampel.
-
Organisasi
walisongo III terbentuk th 1463m dengan pemimpinnya Sunan Ampel.
-
Organisasi
walisongo IV terbentuk th 1466m dengan pemimpinnya Sunan Ampel.
-
Organisasi
walisongo V terbentuk th 1479m dengan pemimpinnya Sunan Giri.
Dalam organisasi walisongo terdapat nama – nama para wali yang termasuk
generasi tua sebelum Majapahit di pegang oleh raja terakhir Brawijaya V (Prabu
Kertabumi/Kertawijaya), mereka – mereka tersebut adalah :
1.
Syekh
Maulana Iskhak Adzimat Khan, terlahir di Madinah/Hejaz(kini Saudi Arabia) dan
makam beliau berada di Jl. Garuda – Dsn. Tambakberas – Ds. Tambakrejo – Kec.
Jombang – Kab. Jombang – Jatim.
2.
Syekh
Jumadi (Al Kubro) Adzimat Khan, terlahir di Azarbaijan (Asia Tengah) termasuk
Rusia Selatan dan Wafat lalu dimakamkan di Troloyo – Trowulan – Mojokerto pada
th 1465m. Gugur Shuhada membela kerajaan Majapahit melawan Pasukan
Girindrawardhana yang di pimpin Prabu Udara dari Keling – Kediri.
3.
Maulana
Malik Isro’il berasal dari Turki ahli strategi perang dan ketata negaraan,
berdakwah di Jawa Tengah, wafat di Gunung Santri Cilegon – Jawa Barat th 1436m.
4.
Maulana
Mukhammad Ali Akbar berasal dari Persia(Iran) ahli pengobatan dan Pertanian,
berdakwah di Jawa Tengah, wafat di G. Santri – Cilegon – Jawa Barat th 1436m.
5.
Maulana
Hassanudin dari Baitul Maqdis/Jerussalam, ahli menumbali/member tanah Jawa, ahli
nujum dan kesaktian – kesaktian, wafat th 1462m di samping masjid Banten Lama,
Banten Jawa Barat.
6.
Maulana
Aliyuddin berasal dari Baitul Maqdis/Jerussalem dan berdakwah di Jawa Barat,
wafat th 1462m di samping masjid Banten Lama, Banten – Jawa Barat.
7.
Sayyid
Maulana Mukhammad Al Bakhir (Syekh Subakir) berasal dari Persia/Iran ahli
supranatural menumbali/memberi Phatokantanah Jawa dan memindah kerajaan
Lelembut (Jin, Bananul Jin, Peri Perahyangan, Syetan, dan sebangsanya). Selesai
menumbali/memathoki seluruh P. Jawa, beliau pergi dari P. Jawa dan kembali ke
Iran lagi. Alkisah Syekh Subakir bersal dari Iran, tetapi beliau berangkat
berdakwah dari pelabuhan besar Istambul dibantu dan ditunjang dengan expedisi
beberapa kapal – kapal laut besar yang disponsori pemerintahan Khalifah Islam
Turki Sultan Mukhammad 1, yang personilnya terdiri dari cabang – cabang Romawi
(bekas Romawi Timur/Bizantium dan bekas Romawi Barat – Italia) yang beragama
Islam yang mayoritas mu’alaf (mantan orang – orang Nashrawi yang berpindah
agama ke islam) dengan setia mengukuti armada expedisinya Syekh Subakir di P.
Jawa yang jumlah mereka ± 20000 orang. Setelah di P.Jawa mereka mereka sebagian
besar tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan mayoritas tidak kembali ke
negri asalnya dan menikahi penduduk setempat menyatu sebagai penduduk P. Jawa.
Sedikit yang mengikuti Syekh Subakir kembali ke Iran maupun Turki terjadi pada
th 1462m.
8.
Sayyid
Maulana Mukhammad Fadlullah Adzimat Khan(Al Maghribi – Al Kubro) berasal dari
Madinah. Menikahi putrinya Brawijaya Pamungkas (Brawijaya kecil) Raden Qudbudin
Alwi A. Khan dan berdakwah mendirikan perguruan Pesantren di Parang Kusumo –
Jogjakarta Selatan, wafat th 1465m.
9.
Syekh
Maulana Malik Ibrahim Adzimat Khan, berasal dari Turki, besar di Gujarat dan
wafat di Gresik th 1419m.
Dan nama – nama para wali yang
termasuk Generasi penerus/generasi muda yang lebih banyak bersyar/berdakwah,
berjuang bersama – sama putra mahkota kerajaan Majapahit yakni Raden Patah
dalam mengusir tentara Girindrawardhana dan Prabu Udara dari Majapahit dan
mereformasi tatanan negara dari carut marut menjadi negara baru yang di setujui
seluruh rakyat Majapahit yakni kerajaan Islam pertama di P. Jawa yakni Demak.
1.
Maulana
Akhmad Rohmatullah ( Sunan Ampel )
terlahir di Kota Nagking ( Tiongkok ) Dengan nama Bong Swie Hoo dan
besar di Kerajaan Champa ( Kamboja / Indo cina ) menikahi puteri berdakwah
keliling asia Tenggara dan terakhir ke Pulau Jawa diminta oleh Prabu Brawijaya
V sebagai Penasehat Negara dan dinikahkan dengan putrinya Putri Dewi
Chondrowati dan diizinkan mendirikan Perguruan Pesantren di Kembang Kuning –
Ampeldento – Surabaya juga menikah lagi dengan putrinya Adipati Tuban yakni
Putri Dewi cade manila , makam beliau di Surabaya Jawa Timur.
2.
Sunan
Bonang ( Maulana Maqdum Ibrahim ) terlahir Bong Ing , anak dari Sunan Ampel
dengan Putri Dewi Condrowati makam beliau di Tuban – Jawa Timur
3.
Sunan
Drajat ( Maulana Qosim ) anak dari Sunan Ampel dengan putrid Funan ( Tiongkok
Selatan atau Nyai Rokhimmah , makamnya di Lamongan – Jawa Timur.
4.
Sunan
Giri ( Maulanan Ainul Yaqin Adzimat Khan / R. Paku Joko Samudro ) anak dari
Syech Maulana Iskhak Adzimat Khan dengan Putri Dewi Sekardadu binti Menak
Sembuyu ( cucu dari Menak jinggo / R. Bhre Wirabumi Adipati blambangan )
Banyuwangi – Makam beliau di Gresik – Jawa Timur.
5.
Sunan
Kudus ( Sayyid Ja’far Shodiq ) berasal dari Baitul Maqdis / Jerusalem , ahli
Strategi militer dan ketata negaraan – makamnya di Kudus – Jawa Timur.
6.
Sunan
Gunung Jati ( Sayyid Syarif Hidayatullah Adzimat Khan ) terlahir di Khairowwan /
Kairo Mesir , anak dari Raja Dinasti Fathimiyah – Mesir bernama Sultan Abdullah
Adzimat Khan dengan putri Dewi Rara Santang ( Putri Prabu Siliwanggi terakhir )
menikah di Mekkah dan diboyong suaminya ke Istana Mesir. Keturunan beliau
menjadi Sultan – sultan Kasepuhan dan Kasultanan Kanoman Cirebon maupun Sultan
– sultan Kerajaan Islam Banten – makam beliau berada di GunungJati – Cirebon –
Jawa Barat.
7.
Sunan
Tembayat atau Adipati Pandanarang merupakan murid dari Sunan kalijogo dari
berdakwah di Jawa Tengah makam beliau di Boyolali – Jawa Tengah.merupakan Guru
kedua dari R. Joko Tingkir / Mas Karebet
( Sayyid Qorib Bait Ba’syaiban / Umar Faqih Ba’syaiban )
8.
Sunan
Kalijogo ( R. Syahid ) atau terlahir Gan Si Chang anak dari Tumenggung (
Gubernur Tuban ) yaitu R. Wilwaltika II yang aslinya bernama Gan Eng Cu salah
seorang Pelatih militer dari Salah satu Kerajaan DI Tiongkok Selatan yang
dimintai oleh Prabu Brawijaya V untuk melatih Pasukan majapahit , lalu Gan Eng
Cu diambil menantu oleh Tumenggung Wilwaltika I ( Tuban ) , mempunyai 2 anak
yakni Gan Si Chang / R. Syahid / Sunan Kalijogo dan adik perempuan Dewi
Rasawulan ( Gan Kim lan ) yang dinikahi oleh Empu Supadriya ( Empu Sakti /
Pembuat Keris Kerajaan Majapahit ) yang membuat Keris Kyai Nagasasra dan Pedang Sakti Sabuk Inten ( Pedang Sabuk
), kedua Senjata tersebut tetap sebagai senjata simbul Kerajaan sampai kini,
Sunan Kalijogo adalah murid dari Sunan
Bonang dan berguru juga pada wali – wali Tua yang masih Hidup waktu itu yakni
Wali Gan Khe Liong dan wali The Ling Sing yang mana dua orang wali tersebut
mempunyai kesaktian seperti Empu Bharada ( Hidup pada Masa Kerajaan Kahuripan –
Erlangga ) yang kemanapun bila bepergiaan jauh selalu terbang di Udara ,hampir
sama dengan Betara Grinjing Wesi / Wali Malik Abdul Hadid murid nya Nabi
Sulaiman as. Dulu dari Baitul magdis /Jerussalim makam beliau Gan Khe Liong dan Wali The Ling
Sing berada di salah satu pemakaman Islam Kudus – Jawa Tengah.
9.
Sunan
Muria ( R. Umar Said ) anak dari wali Sunan Kalijogo berda’wah di Jawa Tengah
dan makamnya di Gunung Muria- Jawa Tengah
Alhamdulillahi robbil Alamin
Demikianlah Kitab Pangiwo Jilid IV yang dapat kami susun mudah – mudah bisa
menjadi acuan kita bangsa Indonesia bahwa Agama
Islam datang ke Indonesia melalui Perjuangan Mujahid – mujahid Islam yang
dengan sabar dan telaten berda’wah menyebarkan Agama Islam Ketengah kancah
masyarakat Hindu yang mulai jenuh dengan Keadaan masyarakat yang terkotak –
kotak adanya ajaran Kasta yang mulai tidak sesuai lagi dengan keadaan zaman .
Maka
para pejuang – pejuang itu menawarkan Agama yang penuh dengan Akhlakul Karimah
yang tidak terfokus pada Tempat dan Zaman yaitu DINUL ISLAM ( Agama Islam ) .
Pada
mulanya mereka ragu – ragu namun berkat kegigihan serta perjuangan yang tidak
pernah mengenal lelah serta berbaur
dengan masyarakat sekitar dengan adanya Perkawinan penduduk Pribumi dengan para
Penyebar Kebenaran ( WALI SONGO ) maka lambat laun PENDUDUK MAJAPAHIT (
INDONESIA ) sedikit demi sedikit memeluk agama Islam.
Bahkan dengan adanya Kesuksesan tersebut
ada sebagian dari Pemeluk Agama lain membuat sebuah catatan yang memojokkan
WALI SONGO Dengan bahasa yang Vulgar dan sangat merendahkan Martabat Mujahid –
Mujahid WALISONGO ,Maka sudah sepantasnya kita merasa bersyukur dengan adanya
perjuangan WALI SONGO Bangsa Indonesia menaadi sebuah bangsa yang Mayoritas
Pemeluknya Beragama ISLAM dan sangat dihormati oleh bangsa – bangsa lain.
Setelah
AGAMA ISLAM Tersebar ke seluruh INDONESIA ada sebagian pulau yang masih belum
terjamah oleh WALISONGO Dan lebih Parah lagi dengan kedatangan Penjajah
PORTUGIS disamping untuk berdagang rempah – rempah mereka juga mengemban misi
penyebaran agama KRISTEN KATOLIK ROMA maka mulailah BANGSA PENJAJAH Itu “
mempromosikan agama dan dengan segala macam cara dan tipu daya.
Belum
selesai PORTUGIS menyebarkan Agama Kristen KATOLIK datang lagi BELANDA ( VOC )
yang dengan serakah menguasai Perdagangan di Indonesia selanjutnya menjajah
INDONESIA hingga 350 Tahun sebuah Penjajahan yang sangat lama tentu pula dengan
MISI ZENDING ( Penyebaran Agama Kristen Protestan ) ,lengkaplah sudah
perjalanan NEGARA BESAR INDONESIA , setelah Gereja – gereja didirikan oleh
Bangsa Belanda maka Umat Islam tidak kalah dengan Penjajah mereka juga
mendirikan MASJID – MASJID disekitarnya dengan swadaya masyarakat sekitar
masjid .
Dan perlu juga kita ketahui bahwa
Pengikut – pengikut ATHEIS ( yang dulu menyembah batu – batu besar – pohon –
pohon ) juga masih ada di Indonesia sebagai masyarakat yang tidak mempercayai
agama mereka juga berusaha menanamkan pemikiran – pemikirannya ketengah
masyarakat dengan segala macam cara. Dengan memperolok – olok bahwa Bangsa
Djawa telah dikuasai oleh orang – orang Arab ( Agama Pendatang ) yang telah
merusak tatanan di Pulau Djawa ,maka mereka menyuruh untuk kembali ke agama
nenek Moyang ,tidak usah Puasa , Tidak Usah Sholat, Tidak Usah Haji ” Ojo mung
kuwi jengkang jengking tanpo weruh sejati Gustimu ,po meneh kaji nyembah watu
ireng koyok cah cilik wae “ ( kamu jangan sujud ,tanpa mengetahui Tuhanmu,
apalagi pergi Haji menyembah batu hitam ,seperti anak kecil saja ) ,beginilah
cara orang – orang yang tidak suka kepada agama ISLAM membuat tulisan – tulisan
yang tidak mempunyai rujukan.
Terakhir KITAB PANGIWO – PANENGEN
JILID IV ini merupakan Buku Panduan Bahwa Penjajah BELANDA tidak akan bisa
menghapus Kejayaan UMAT ISLAM di Indonesia yang berakar pada Perjuangan Prabu
Brawijaya V Yang telah memeluk Agama Islam diteruskan Putranya Pangeran Jinbun
atau RADEN PATAH yang merupakan Tonggak Pemerintahan Islam DEMAK , maka sangat
disayangkan mengapa para NASIONALIS masih ragu – ragu dengan keberadaan ISLAM
yang sudah berurat akar semenjak runtuhnya MAJAPAHIT yang merupakan CIKAL BAKAL
lahirnya Negara INDONESIA RAYA .
INDONESIA
adalah sebuah Negara yang membutuhkan seorang PEMIMPIN yang mengerti sejarah
,yang nantinya akan menjadi sebuah Negara yang tidak selalu dijajah oleh bangsa
lain mulai dulu ( Sejak Merdeka dari BELANDA ) Indoinesia selalu dipecundangi
Oleh Amerika yang sampai kini Tambang Emas di PAPUA (irian jaya ) masih menjadi
milik bangsa lain.
Mudah – mudahan dengan adanya
tulisan ini ,bisa menggugah semangat generasi muda untuk bangkit jangan sampai kita selalu menjadi KULI ( Buruh
) di Rumah sendiri ( INDONESIA ) ,marilah kita tanamkan jiwa “ Amar ma’ruf nahi Mungkar “ jauhilah
MOHLIMO Tapi cintailah yang LIMA Yaitu jangan berbuat 5 macam :
1.
MALING
/ KORUPSI
2.
MEDOK
( Berzina )
3.
MAEN
( Berjudi )
4.
MADAT
( Morfin,sabu – sabu dll. )
5.
MINUM
( minuman keras, Arak, mansion, Topi Miring.dll. )
Tapi Kerjakanlah 5 Perkara yaitu
1.
SYAHADAT
( Tiada Tuhan selain ALLOH dan Muhammad Utusan Alloh dan Tingkah lakunya)
2.
SHOLAT
( dikerjakan 5 kali sehari )
3.
ZAKAT
4.
PUASA
ROMADHON
5.
HAJI
( bila sudah mampu syarat rukunnya )
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan ketengah pembaca KITAB
PANGIWO – PANENGEN JILID IV dan tunggulah JILID V yang masih dalam penyusunan semoga Alloh memberi HidayahNYa
kepada penulis KYAI DJAWAN SAMUDRO juga tak lupa nara sumber kami, Ibu ENDANG
Permata Asri dan Sahabat – sahabat Kyai Djawan Samudro yang telah membantu
terlaksananya Penerbitan Kitab Pangiwo – Panengen ini.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Al fakir Kyai Djawan Samudro
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ki Padmo
Susastro Th 1898 Pujangga Keraton
Surakarta dan Ngayokyokarto Hadiningrat, Kantor G. C.T Van Dorp &
Company – Pemerintah Hindia Belanda pada
Percetakan – percetakan Negara Kota Semarang Th. 1902
2.
Kitab
Aqshosul Ambiya’ oleh Sahabat
Nabi Muhammad SAW yaitu As – Sya’laby ra. Yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
Melayu oleh Waliulloh Ashari Al – Khalidi Rahmatulloh.
3.
Punjer Wali
Songo pada HAUL ke 568 , 15
Muharram 1425 H/ 22 Februari 2004 M. oleh Muhammad Kholil Nasirudin.
4.
Kantor
Statistik Arrobithoh al – Alawiyah , Al Maktab Addaimi ( Kantor Pemelihara Sejarah dan Statistik
Allawiyin ) Jl Nangka 3 – Komplek Antilope II Jati Bening II – Bekasi 17412,
Yang dipimpin oleh Drs. Aburumi Zainal L.c. yang terkenal dengan Habib Zainal
Abidin As – Saqoof.
5.
Wali Songo ,
Kyai Djawan,Ibu Endang Permata Asri www.kyaidjawan
samudro. Blogspot. Com
Penulisan sebuah perjalanan sejarah membutuhkan pemahaman yang orsinil ,maka dari itu saya mohon dukunganya silahkan kirim ke cahayapakis@gmail.com
ReplyDeleteatau nomor tlp 085855943968 atau silahkan kirim SMS Ke nomor 083848154804
Nomor HP terbaru KYAI Djawan Samudro 081554980751/ 081554980673
ReplyDelete03417393126