AJIMAT KALIMOSODO




PENDAHULUAN


           Sebelumnya Kami mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah SWT serta salam takdim kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Atas berkah dan syafaatnya sehingga kami bisa menyusun Kitab Ajimat Kalimasada ini ,juga tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Endang yang telah bersusah payah menghimpun tulisan – tulisan tangan beliau sehingga  kami bisa menampilkan dalam bentuk tulisan ini.
           Kitab  Ajimat Kalimasada ini merupakan sebuah Ajimat yang tiada bandingnya , karena siapapun yang memegang ajimat ini, kelak akan mendapatkan sebuah kedamaian yang tiada batas, kesempurnaan yang tiada banding.
           Perang Bharata Yudha Jaya Binangun  yang begitu Agung dan bersejarah itu telah  banyak menelan korban  Satriya – satriya pilih tanding ,dimana Kurawa dan Pandawa memeras tenaga dan harta benda yang begitu banyak, sehingga terjadilah perang yang tiada duanya didunia ini. Namun dibalik keagungan dan kedasyatan Bharata yudha ternyata ada seorang Kaisar yang kelak mendapatkan sebuah Ajimat yang tiada kalah dasyatnya dengan Perang Bharata Yudha, siapakah dia ?.
           Mungkin orang dijaman Pendawa sudah bisa menebak ,siapakah orang yang pantas mendapatkan ajimat tersebut . Orangnya jujur, rendah hati, sopan santun, apapun yang dia miliki pasti akan ia berikan apabila ada yang membutuhkan.
           Ya,seorang yang berjiwa sabar, dicintai rakyat dan redah hati, siapa lagi kalau bukan Puntadewa, orang yang berdarah putih yang welas asih yang tiada duanya dimuka bumi ini. Dan untuk lebih jelasnya marilah kita baca bersama – sama kitab Ajimat Kalimasada ini mudah – mudahan mengerti apa dibalik kisah perjuangan seorang Ksatriya Pandawa yang oleh Allah dipilih untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan sejati, mati sempurna dengan akhir Khusnul Khotimah.
           Tiada akhir yang sempurna , tiada awal yang penuh dengan lika – liku perjuangan , apabila kita tidak berusaha dan menapaki jalan hidup ini dengan ihtiyar, akhirnya kami sebagai penulis ( Sanggar Kyai Djawan Samudro ) mohon sekiranya para pembaca untuk lebih bersemangat untuk mendapatkan Ajimat ini, karena akhir – akhir ini generasi muda banyak yang dinina bobokan oleh sebuah cita – cita menjadi figure fiktif yang mengedepankan sebuah wacana public yang semu, ingin disanjung , ingin terkenal tanpa berusaha mempertahankan akidah yang sejati yaitu Ajimat Kalimasada yang mempunyai arti tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
                                  
                                                                                                                                Penulis




Bab I
Catatan Ringkas tentang kaisar Yudistiro


           Yudistiro / Puntadewa / Samiaji adalah 5 bersaudara dari kelompok Pandawa,beliau adalah saudara tertua dari 5 bersaudara yang antara lain :
1.        Yudistira / Puntadewa / Samiaji
2.        Bima / Werkudara
3.        Arjuna / Permadi / Janaka
4.     Nakula 
 5.        Sadewa

 
           Selesai Perang Bharata Yudha Jaya binangun Pandawa yang memenangkan Peperangan tersebut dengan menguasai seluruh Wilayah Hastinalaya ( seluruh bumi ) dengan Ibukotanya di Hastinapura ( Benua Hindia ) dan tempat Istananya dengan kantor – kantor pemerintahanya di Amarta dan Indraprasta ( Wilayah Pulau Jawa ) dan kala itu yang menjadi Kaisar adalah Pangeran Yudhistira ( Puntadewa ) dengan mendapat gelar Pangeran Samiaji.
           Semenjak muda hingga meninggal dunia ,beliau selalu rendah hati dan memegang kejujuran dan kesabaran, semua rakyatnya mencitai beliau karena sabar, mengatur dengan adil dan selalu berusaha memecahkan masalah dengan tidak melalui  peperangan.
           Selama Negara dipegang oleh Yudhistira , selama itu pula Negara dalam keadaan makmur ,aman sentausa.gemah ripah loh jinawi namun Yudhistira menyadari bahwa tak selamanya akan hidup terus di dunia ini, suatu saat akan kembali ke asalnya yaitu Alam Kelanggenggan .
           Namun sungguh sudah menjadi niat dari Yudhistira bahwa ia akan mencari kesempurnaan hidup , apalah arti dari ini semua karena harta benda , istri cantik , ketenaran , kemashuran tidak membuatnya bahagia, seakan – akan ia merasakan suatu perasaan yang sungguh sangat aneh , ia ingin menemukan suatu ketenangan yang tiada batas ! kesempurnaan yang tiada banding ! kekekalan hidup yang tak pernah sirna !
           Dengan semangat yang begitu menggebu – nggebu Pangeran Yudhistira merasa bahwa ia akan menanggalkan baju kebesaran, ketenaranya , lebih – lebih Mahkotanya.
Beliau merasa bahwa hidupnya sudah diambang batas kejenuhan karena kelima anaknya semua gugur di medan Perang Bharata Yudha ,hanya tinggal istri tercantiknya Drupadi.





BAB II
PENCARIAN KESEMPURNAAN HIDUP
           Setelah berminggu – minggu Yudistira merenung akhirnya diambilah keputusan untuk menyerahkan tahta kerajaan kepada cucu kandung kinasih Yaitu Pangeran Parikesit yang yatim sebab ayahnya Pangeran Abimanyu gugur dalam Perang Bharata Yudha Jaya Binangun dan Pangeran Parikesit bergelar Satriyo Piningit karena dia titisan Bethara wisnu yang artinya mendapat Wahyu Kebijaksanaan .Dengan wajah legowo Pangeran Yudhistira menyerahkan tahtanya kepada cucu kinasihnya itu.
           Langkah kedua agar perjalanan hidup yang akan dijalani ini berjalan mulus tanpa ada batu sandungan yang akan menganjalnya dalam perjalananya nanti ,  beliau dengan ikhlas ( legowo ) menyerahkan satu – satunya permaisuri kinasihnya  yaitu Dewi Drupadi kepada adik kandungnya sendiri yaitu Raden Arjuna guna diperistri oleh Arjuno,karena Raden Yudhistiro tahu bahwa cinta Arjuno murni hanyalah kepada Drupadi seorang begitu pula Dewi Drupadi sebaliknya.
           Dulu sebelum kenal R. yudistira , Drupadi adalah pacar R. Arjuna sebab sewaktu diadakan sayembara mendapatkan   putri Drupadi ,     yang    memenangkan      adalah R. Arjuna mereka saling mencintai , akan tetapi setelah hendak menikah, tiba – tiba Ibu pandawa ( Ibu Kunti ) menetapkan supaya Drupadi diperistri oleh yang paling tua yaitu Yudhistira oleh karena ke 5 Orang Satriya Pandawa berbakti kepada ibunya, akhirnya Putri Drupadi dinikahkan dengan P. Yudhistira dan dijadikan permaisuri hingga mempunyai 5 orang anak, yang akhirnya ke 5 anaknya gugur di Bharata Yudha.
           Bahwa dia pria sejati dan bersikap satriya ( pria yang tegar menghadapi kenyataan dan menghadapi hidup ). Akhirnya R. Arjuna mengambil banyak sekali istri; dari wanita yang satu ke wanita yang lainya sampai berjumlah 40 istri, itu menunjukkan bahwa semuanya itu sebagai pelampiasan saja. Dilihat orang banyak bahwa dia jantan bisa beristri yang berjumlah  40 orang , itu menunjukkan bahwa semuanya itu hanya pelampiasan saja . Dilihat orang banyak bahwa dia jantan bisa beristri 40 Orang, tetapi sebenarnya hatinya sedih melihat orang yang paling dicintainya diperistri oleh abangnya hati memang tidak bisa didingkarinya . Yudhistira tahu akan hal itu. Tibalah kesempatan sewaktu siap melaksanakan hendak berangkat lelana brata mencari kesempurnaan hidup, dengan ikhlas siserahkan drupadi kepada Raden Arjuna supaya drupadi bertemu cintanya, yang sebenarnya .Jadi menjelang hari tuanya Raden Arjuna menemukan cinta sejatinya yaitu pada drupadi.
           Setelah Raden Arjuna dinikahkan dengan dewi Drupadi , berangkatlah Pangeran Yudhistira melaksanakan hakekat mencari kesempurnaan hidup , jadi tiada beban berat lagi bagi Yudhistira dalam berdarma di kehidupan ini , membawa Jasmani dan Rokhani yang dibalut kain putih dan surban dikepala dan 2 cuping ditelinganya  ( menunjukkan bahwa dia berasal dari Satriya ) berdharma mencari ampunan dari Tuhan dengan bekal kesabaran dan kejujuran mengelilingi bhumi ribuan tahun menunggu wangsit supaya diberi mati sempurna.
           Pada saat melaksanakan hakekat , Pangeran Yudhistira bertemu seorang waliullah yang tahu maksud Yudhistira , diberinya sebuah tulisan berisi mantera yang isinya dan bila dibaca bisa mati sempurna, berhubung Pangeran Yudhistira hanya bisa membaca huruf sangsekerta saja dan tidak bisa membaca tulisan yang ada dicatatan wali tersebut ( yang dilihatnya tulisan tersebut sangat aneh dan asing baginya ), akhirnya disimpanya saja tulisan tersebut pada cuping telingga kanan.
           Yudhistira berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan menyerahkan catatan tersebut kepada siapapun walaupun harus mati sekalipun; ajimat itu bernama Ajimat Kalimosodo yang sebenarnya diperuntukkan bagi orang – orang yang hidup di akhir jaman , akan tetapi karena Pangeran  Yudhistira lebih mencintai Tuhanya daripada yang lain – lain, maka Tuhan welas asih memberi kan jalan kepada Yudhistira lewat Wali yang memberi ajimat pada Yudhistira supaya dengan membaca Jimat tersebut Yudhistira bisa mati sempurna.
           Berjalanlah beliau dengan memakai nama Dharma Kusuma , melaksanaan dharma mengelilingi bumi ribuan rahun tetapi belum bertemu dengan kematian yang sempurna.
           Pada suatu hari beliau ( Yudhistira ) ingin mandi di bulan Purnama di daerah bekas Amerta dulu pada sebuah sumber air tirta amerta , setelah dia datang kedaerah tersebut ternyata sumber tirta Amerta telah tiada dan diatas sumber tersebut telah berdiri sebuah bangunan tempat Ibadah agama baru yang asing bagi Yudhistira ( Kini Masjid Demak ).
           Yudhistira mencari keterangan pada penduduk setempat kemana sumber air itu, dijawab oleh penduduk bahwa sumber air Tirta Amerta  masih berada dibawah tempat Ibadah tersebut dan dialirkan ke aliran lain hanya untuk air pengobatan saja tidak boleh untuk mandi .
           Seharian Yudhistira berada di tempat penduduk sekitar tempat ibadah tersebut yang akhirnya mendapat keterangan bahwa tempat tersebut adalah Masjid  Demak yang dibangun oleh 9 Wali sakti dengan sponsornya Sultan Demak yaitu Sultan Akbar Al – Fatah ( Raden Patah ) yang masa mudanya bernama Pangeran Jimbun anak dari Raja Brawijaya V terakhir dengan Putri Dari cina bernama Dewi ratna juwita.yang mana sore harinya diadakan pengajian didepan Masjid tersebut yang juru da’wahnya Sunan Kudus ( syayid Ja’far Shodiq ) selaku Panglima Muda kerajaan Demak.
           Yudhistira ikut mendengarkan pengajian tersebut , karena ingin tahu agama baru tersebut seperti apa , ternyata dalam agama itu disebut – sebut Kalimasada atau Kalimat Shahadat  . Tertariklah hati Yudhistira ingin mengetahui lebih lanjut tentang Kalimasada .Pengajian selesai sudah senja dan diumumkan bahwa nanti malamnya ada pertunjukkan wayang kulit sebagai hiburan rakyat untuk pembukaan Masjid Demak.
           Saat senja sudah bubar, para wali dan orang – orang islam siap sembahyang Magrib , jadi Yudhistira tidak sempat menanyakan Kalimasada pada mereka , beliau hanya diam berdiri saja didepan Masjid melihat para Wali dan Orang – orang Islam melakukan Sholat Magrib bahkan hingga sholat Isya’ tiba.Selesai sholat Isya’ datanglah Sultan Demak dan para Pejabat – pejabatnya untuk melihat pertunjukkan wayang kulit sebagai Pembukaan masjid Demak, jadi terpaksa Yudhistira belum bisa bertanya kepada para wali .
           Berbodong- bodonglah Rakyat baik yang Hindu, Budha dan Islam dilapangan terbuka melihat pertunjukkan wayang kulit , begitu pula Yudhistira berada ditengah – tengah mereka melihat wayang kulit.. Yang menjadi dalang malam itu adalah kanjeng Sunan Kalijaga ( Raden Sahid ) semalam suntuk ! wayang berjalan dengan cerita besar Perang Bharata Yudha yang dimenangkan Pandawa dengan Yudhistira sebagai Kaisar menguasai bumi Hastina laya , tahulah ia bahwa kaisar tersebut adalah dirinya dan ia benar – benar ingin bertemu Sunan Kalijogo perihal Kalimosodo yang dibawanya . Selesai pertunjukkan wayang kulit , Sunan kalijogo harus bersholat dulu di Masjid dan Orang – orang Islam , sedangkan Yudhistira hanya meihat saja didepan Masjid dengan berdiam diri . Lewat mata batinya ; sunan kalijogo tahu siapa laki – laki yang berdiam diri didepan masjid tersebut.
           Selesai Sholat shubuh ditemuinya Laki  laki di depan Masjid itu dan ditanya  apa maksudnya, Yudhistira mengeluarkan ajimat dari Cuping kananya dan diserahkan pada sunan kalijogo untuk dibacakanya. Setelah melihat tulisan yang ada dalam ajimat tersebut lalu ditanyakan maksud Yudhistira dengan Jimat tersebut , dijawabnya ingin mati sempurna dan mengakulah beliau perihal dirinya yang sebenarnya.
           Seketika itu juga disuruhnya Pangeran yudhistira mandi oleh Sunan Kalijogo , selesai mandi. Lalu diajarinya bersuci ( berwudlu ) dan diajaknya kedepan pintu masjid Demak. Didepan Pintu Masjid diajarinya salam dari Surga yaitu ucapan Assalamu’alaikum Warohmatullohi wabarokatuh, yudhistira selalu menirukan yang dijarkan  oleh  Sunan  kalijogo ,  lalu dibawanya masuk masjid dan disuruh duduk lurus ( tidak bersila ) menghadap arah kiblat, lalu Sunan Kali Jogo memanggil ke 8 wali untuk menyaksikan Yudhistira membaca Ajimat Kalimosodo yang akan dibacakan oleh Sunan kalijogo, setelah berkumpul 9 wali dihadapan Yudhistira , lalu dibacakan Ajimat kalimosodo yang tulisanya ternyata bertuliskan Huruf arab dan Yudhistira menirukan juga Kalimat Shyahadat  , seketika itu wafatlah beliau dan tubuhnya ambruk tertunduk ke depan mencium tanah ( lantai masjid ) jadi wafat dalam keadaan sujud lurus, seketika itu juga Wali Songgo mengucapkan “ Allahu Akbar “ melihat kaisar Yudhistira wafat sempurna kemudian  Dimandikan , Dikafani dan di Sholati cara Agama Islam, lalu oleh Wali Songgo dikuburkan di belakang Masjid Demak ( sampai saat ini makam beliau terawatt rapi ).
           Inna lillahi wa ina illaihi roojiun, wafat sudah Kaisar Yudhistira dengan khusnul khotimah , seorang kaisar yang disegani dan dicintai rakyatnya , seorang yang berdharma untuk kesempurnaan hidup , seorang manusia yang cinta akan kebenaran dan cinta Tuhanya , sebuah pengorbanan yang begitu mahal namun mendapatkan sebuah Kenikmatan bertemu Tuhan robul izati , mudah – mudahan dengan suri tauladan ini generasi muda memahami betapa mahal pengorbanan seorang manusia untuk mendapatkan sebuah agama yang sempurna , tiada cacat dan cela , tiada agama yang lengkap dengan ajaran – ajaranya selain Agama Islam beruntunglah kita mendapatkan agama sejak kita lahir , padahal yudhistira ingin mendapatkan agama Islam beribu – ribu tahun sedangkan kita menelantarkan begitu saja agama yang mulya ini.Marilah kita kaji lebih dalam lagi, kita amalkan Islam secara kaffah jangan sampai kita dinina bobokan dengan ajaran Seneng Limo ( suka Main ( judi) , suka Madon ( zina ), suka Madat ( ganja, , narkotika, morfin, heroin ), suka Minum ( minum – minuman memabukkan ), suka Maling ( mencuri, korupsi ) padahal kita dulu dilarang Moh limo ( jangan senang / suka Lima perkara ) tersebut dan kita jangan bangga dengan kemaksiatan yang kita lakukan , wahai Generasi Muda maupun Generasi Tua !!! ingat kita semua adalah pemilik Ajimat yang Agung yang banyak diperebutkan oleh Orang – orang dimasa lampau yaitu “  Ajimat Kalimosodo “ , Saya bersaksi Tidak Ada Tuhan selain Allah dan tiada Nabi Akhir Jaman selain Nabi Muhammad Rosululloh “
           Lengkap sudah perjalanan seorang Yudhistira dalam kitab Ajimat kalimosodo ini dan apabila ada khilaf maupun salah dalam penulisan ini , Kami sebagai penulis yang merujuk pada tulisan tangan Ibu Endang  mohon  sekiranya  memberi  kritik  maupun  saran  melalui  nomor 085855943968 d/a Sanggar Kyai Djawan SamudroJl. Raya Bunut Wetan 980 Pakis – Malang 65154.




PENUTUP
           Syukur Alkhamdulillahi robbil alamin ,kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa membimbing hambanya dalam keadaan Iman Dan Islam ,serta sembah sungkem kami pada baginda Rasulullah ,Nabi yang selalu kami ta’ati dan menjadi suri tauladan yang tak mampu kami bisa menirunya.hanya dengan bimbingan beliau kami bisa menghadirkan sebuah tulisan sederhana ini lewat sebuah penafsiran sejarah bahwa Pemilik Jimat “ Kalimosodo “ hanyalah Rosulullah Muhammad SAW.
           Seperti yang kami tulis diatas, sahadat merupakan sebuah rukun islam yang pertama yang dalam bahasa jawa disebut Kalimosodo yang merupakan jembatan pertama menuju seorang muslim yang sejati dan dilanjutkan dengan melakukan Sholat ,pengabdian kepada Kholik ( Pencipta ) shahadat hanyalah awal dari sebuah jalan menuju jalan berikutnya ,sebuah pondasi bangunan yang akan menentukan tegak dan kokohnya bangunan yang bernama Islam.

           Islam Sejati adalah menerapkan 5 ( lima ) rukun Islam dan 6 ( enam ) rukun Iman 

Comments

  1. Ya Allah matikan aku dalam Islam ,bimbinglah aku dalah Rahmat Agama Islam....Ya Allah ampunilah dosaku,amin

    ReplyDelete
  2. Mengapa Orang tidak Faham dengan Kisah ini,apakah karena mereka tertutup matanya,tuli telingganya,bisu mulutnya,sehingga tidak mencari Hikmah dibalik kisah ini......adakah cerita ini keluar dari Syareat Islam ?.......

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KITAB PANGIWO PANENGEN III

PANGIWO - PANENGEN JILID V TAMAT