KATA PENGANTAR



        Kitab Babad Tanah Jawi ini adalah suatu kitab yang ditulis tangan oleh Ibu Endang Permata Asri – Pakis – Malang dan diedit ulang oleh Sanggar Kyai Djawan Samudro d/a Jl. Raya Bunut Wetan  980 Tlp 085855943968  dari isi kitab Bekti Jamal Adam Makna yang berada pada tiap – tiap Perpustakaan atau Museum Keraton Surakarta , Mangkunegaran, Yogyakarta maupun Paku Alam.
        Sedangkan Kitab Bekti Jamal Adam makna adalah sebagian isi daripada Kitab Bahriyeh ( dalam Bhs. Turki ) atau Kitab Bahriyah ( dalam Bhs. Arab ) yang berada di Perpustakaan atau Museum Negeri Turki maupun Jazirah Arab ( Saudi Arabia ) yang berarti Kitab Mengenai Negeri Lautan atau Negeri Bahari.( Tanjung anom )
        Semoga dengan adanya tulisan ini bisa menjadi bahan rujukan maupun penelitian yang mendalam mengenai asal usul Bangsa Jawa ( Jawa Dwipa ) mulai dari nenek moyang sebelum adanya Aji Saka ( Pangeran Sarkil ) maupun tonggak Sejarah adanya Penanggalan atau huruf jawa ( Hono coro kho……) yang kesemuanya itu bahwa Bangsa Jawa adalah Penganut agama Taukhid ( mengenal satu Tuhan ) dan memakai hukum zabur sebelum Nabi Muhammad SAW. Lahir
     Sejak Betara Ismaya ( Semar ) yang merupakan cikal bakal yang baurekso tanah jawa hidup, sungguh sangat disayangkan belum adanya penulisan yang begitu mendetail mengenai kehidupan bangsa jawa.
        Maka dengan adanya Babad Tanah Jawi ini bisa menjadi Obat Penawar Rindu pembawa inspirasi untuk penulis sejarah Bangsa jawa yang merupakan sebuah Bangsa Yang memiliki Budaya luhur yang berakar pada suatu simpul sejarah, yaitu adanya hubungan yang erat mulai dari sejarah Bani Jawan ( cikal bakal bangsa Jawa ) hingga adanya Pangeran Aji Saka yang notabene merupakan penduduk keturunan Raja Syarkil Hindia Belakang ( India ) yang menurut sejarah Bangsa – bangsa, Jawa dan India adalah sama sebelum jaman es II mencair .
        Akhirnya semoga dengan penulisan Babad Tanah Jawi ini generasi muda tahu sedikit banyak tentang sejarah Bangsa Jawa yang merupakan Mercusuar Dunia yang hilang, ditelan ombak kehidupan yang ditenggelamkan oleh pengaruh – pengaruh luar sehingga lupa akan keberadaanya sendiri….!

                                                                                    TIM KREATIF
                                                                “ SANGGAR KYAI DJAWAN SAMUDRO“
                                                                          Jl. Raya Bunut Wetan 980

Bab I.
Masa Nabi Sulaiman AS.
        Pada masa Nabi Sulaiman A.S.sebagai Kholifah atau Pemimpin diatas Bumi , beliau mengendalikan Negara – Negara di Dunia memakai Hukum Kitab Zabur yang berisi ajaran  Taukhid    ( Asyhadu anlaa Ilallah wa an Sulaiman Nabiullah )yang artinya bahwa Tuhan hanya satu dan Nabi Sulaiman adalah Nabiullah  kepada umat manusia mulai bangsa Jin dan Manusia.
        Pada masa itu Ibukota dunia berada di Baitul Magdis ( Yerussalem ) dan sebagai Kiblat umat manusia.Beliau diutus Allah untuk mengatur dan memelihara Bumi dan isinya dan menata hidup masyarakat apapun yang berada diatas Bumi dan memelihara bahan – bahan yang berada didalam bumi termasuk Udara dan apapun yang ada diantara Bumi dan Langit juga mengatur dan melaksanakan hukum Zabur bagi mahluk Ghaib lelembut ( Zin , bananul jin, Peri perahyangan , dan lain sebagainya )
        Tentaranya terdiri dari golongan Bangsa manusia dan mahluk ghaib ( jin, bananul jin , peri perayangan dan lain sebagainya ) mereka semua tunduk kepada kepemimpinan Nabi Sulaiman a.s. dan ini terjadi kira – kira ± 2000 – 2500 Tahun sebelum Masehi.
        Pada masa itu banyak orang – orang dari pelbagai Negara Di Bumi berdatangan ke wilayah Baitul Magdis ( Yerussalem )  untuk menimba ilmu kepada Beliau Nabi Sulaiman a.s.
Diantara orang – orang yang datang berguru kepada Nabi Sulaiman a.s. terdapat seorang Pemuda Bangsawan yang berasal dari salah satu Negeri Hindu di Hindustan yaitu Pangeran Syarkil ( anak Raja Syarkil ) bertahun – tahun berguru kepada Raja Sulaiman a.s. hingga akhirnya dia mengikuti agama Taukhid yang dibawa oleh Nabi Sulaiman. a.s. kemudian Pangeran Syarkil diberi Hadiah Nama menjadi Musa bin Ezekil dan kelak orang – orang jawa menyebutnya Pangeran Aji Saka.
Karena kecakapanya dalam hal Ilmu Kelautan maka Musa bin Ezekil diangkat menjadi Panglima Angkatan Laut untuk wilayah Bumi Selatan dan Bumi Tenggara.
        Pada suatu hari Nabi sulaiman a.s. berkeliling Bumi dengan naik kendaraan istimewanya yaitu Sajadah Terbang yang diterbangkan oleh Raja Angin ( Thaun.a.s. ) . beliau melihat banyak daratan tersembul ( mencuat ) bekas terpendam Ribuan Tahun oleh adanya air pasang dari Bumi Selatan yang menyapu Benua Hindia pada masa dahulu ( Zaman Es II dulu ).
Sesampainya di Baitul Magdis , Nabi Sulaiman.a.s. memanggil Musa bin Ezekil ( Pangeran Syarkil )untuk bertugas membuka dan mengatur daratan baru di bumi selatan dan Tenggara dan mengajak Orang – orang yang berada didaratan baru itu untuk menyembah Tuhan Yang Maha Satu; sebab mereka banyak yang tidak bertuhan.
        Dengan direstui dan didoakan oleh Nabi Sulaiman a.s. berangkatlah Rombongan Armada Angkatan laut yang terdiri dari tentara  Orang – orang Israil dan Orang – orang Turki yang dipimpin oleh Panglima Musa Bin Ezekil  dengan membawa perbekalan berpeti – peti emas permata untuk menebus dan membebaskan Budak – budak yang masih tertindas di Negeri – negeri Bumi Selatan dan Tenggara. Dalam perjalanan Angkatan laut Kerajaan Sulaiman Raya Tersebut dikawal langsung oleh MENHANKAM kerajaan yaitu Waliullah Malik Abdul Khadid ( Bethara Grinjing Wesi ) beliau mengikuti Armada tersebut dengan berjalan di atas air dan kadang – kadang terbang di udara.
        Rombongan Armada Angkatan laut Musa Bin Ezekil ( Aji Saka ) singgah dulu di Negeri asalnya dan menemui Ayah Ibunya yaitu Negeri Syarkil di Hindustan , dari Hindustan mampir atau singgah di Negeri – negeri lainya dan banyak membebaskan Budak – budak  yang tertindas terutama banyak dari Hindia Belakang.
Sebagian Budak – budak yang telah dibebaskan banyak yang ikut Armada angkatan Laut Aji Saka dengan membawa pula sanak saudaranya.
        Sebelum mencapai daratan yang dituju Aji Saka ( Musa Bin Ezekil ) mengajarkan ajaran Taukhid yang hanya mengenal Satu Tuhan kepada mantan Budak – budak dari Hindia Belakang , hampir semua mereka  menerimanya. Tak beberapa lama akhirnya sampailah mereka didaratan yang dimaksud yaitu daratan Tanjung Anom ( sebelum bernama Jawa Dwipa ) ; disebelah utara Jawa akan tetapi daratanya berawa – rawa dan tidak bisa diinjak kaki dan kapal – kapalnya tidak bisa berlabuh.
Diputuskanyalah untuk  kembali ke ujung Sumatra belok ke selatan barat Sumatra ( lewat lautan hindia)
Hingga sampai dilautan sebelah selatan jawa.Sebab pada masa itu P. Sumatra , Jawa, Nusa Tenggara barat , Nusa Tenggara Timur masih bergandengan sebagai suatu daratan panjang, belum ada selat – selatnya diantara mereka.Diantara P. jawa dan P. Sumatra terdapat daratan yang menghubungkan berupa sebuah Pegunungan – pegunungan kelak akan muncul di Pegunungan – pegunungan itu sebuah kerajaan yang disebut Agninagari ( Negeri api ), yang mana ±1400 tahun kemudian tepatnya Th 410 M ( Nabi Muhammad SAW belum lahir ) meletuslah salah satu gunung yang ada di Pegunungan Agninagari yaitu Gunung Kratau hingga Selama ± 4 hari dunia gelap gulita ( terlalu dasyatnya ) dan abunya jatuh pada banyak Negara di dunia . Sejak saat itu Tenggelamlah kerajaan Agninagari / Negeri api  kedasar laut dan bekasnya menjadi selat sunda, sedangkan bekas pegunungan yang tersisa hanyalah anak Gunung Kratau ( kini   masih aktif ) dan pucuk gunung kecil – kecil disekitarnya.
        Sejak saat itu terpecahlah P. Jawa dengan P. Sumatra oleh adanya selat Sunda , Begitu pula dengan pulau – pulau lainnya baik NTB maupun NTT terpecah – pecah karena munculnya selat – selat diantara mereka.,Sedangkan pada masa rombongan Armada Ajisaka (  Musa bin Ejekil )  datang ke Tanjung Anom daratanya masih utuh dari Ujung P. Sumatra , Jawa hingga NTB sampai NTT dan belum ada selat – selatnya.
Hingga akhirnya mendaratlah Armada P. Ajisaka  dipesisir selatan jawa pada salah satu daratan di Pinggir deretan Pegunungan Kendeng (± didaerah Pantai Pacitan ).
        Ajisaka beserta rombongan berhasil masuk kepedalaman dikawasan Hutan Jawa bagian selatan dan banyak berkenalan dengan penduduk aslinya. Ajisaka beserta rombongan bekerja membuka hutan yang masih perawan , ganas dan keramat untuk tempat tinggal mereka, demi melaksanakan tugas yang diamanatkan oleh Nabi Sulaiman a.s. kepada mereka .Sepanjang pekerjaan berlangsung, banyak diantara mereka yang sakit keras dan banyak pula yang  meninggal dunia, terutama tentara – tentara yang berasal dari Israil dan Turki sangat mederita karena tubuh mereka kurang kuat bekerja di Hutan – hutan yang berhawa panas di.( P. Jawa  ) banyak diatara mereka yang sakit keras dan meninggal dunia.
        Hanya yang berasal dari Hindia Belakang yang kuat bekerja di Hutan – hutan berhawa Panas di Pulau Jawa  yang pada akhirnya Tentara – tentara Israel dan Turki yang tersisa memohon untuk pulang kembali ke Baitul Magdis saja karena mereka tidak kuat bekerja di Hutan tropis ( hawa panas )
        Akhirnya diputuskanlah oleh Aji Saka bahwa pembukaan dan perluasan pembabatan Hutan disebelah selatan Pulau Jawa dihentikan untuk sementara waktu dan     sisa – sisa Tentara Israel dan    Turki diizinkan  untuk  pulang   ke  Baitul  Maqdis -
( Yerussalem ) dan sebagian Armada untuk kembali ke Negeri Ibrani. Disaat Pangeran Ajisaka bersama orang – orang dari Hindia Belakang saling bersatu mencari jalan keluar akan masa depan mereka ; datanglah Komandan mereka turun dari angkasa yaitu Malik Abdul Khadid ( Betara Grinjing Wesi ) dan menganjurkan kepada Pangeran Ajisaka dan sebagian Orang – orang dari Hindia Belakang untuk mendatangi Makam ( Punden ) orang yang membuka ( membabat ) Tanah Jawa  mula pertama kali  yaitu Kyai Ismaya  ( Semar badranaya ) yang berpotongan tubuh gendut bulat dan berambut kuncung.
        Dengan cara izin kepada yang membuka pertama kali supaya pekerjaan selanjutnya menjadi lancar , seperti halnya orang hendak masuk ke sebuah Rumah harus izin dulu kepada yang punya Rumah, begitu pula apabila hendak membuka satu daerah baru.  
        Kemudian Ajisaka dan sebagian Orang – orang dari Hindia Belakang mendatangi makam atau Punden Kyai Semar di Puncak Gunung Srandil ( didaerah cilacap selatan ) mereka melaksanakan Puasa hingga Patiraga dan berhasil Meragasukma memasuki alam lain dimana Kyai Semar berada, mereka berunding dengan Kyai Semar dan akhirnya terdapat persetujuan antara Kyai Semar agar tiap – tiap membuka daerah baru hendaknya  Kulonuwun  atau  izin  kepada yang menempati lebih dulu didaerah tersebut
( yaitu Danyang atau lelembut yang menempati lebih dulu daerah tersebut )
        Akhirnya Ajisaka beserta orang – orang dari Hindia Belakang melanjutkan membuka dan meluaskan pembabatan Hutan dengan cara seperti yang dianjurkan oleh Kyai Semar.Pekerjaan Ajisaka dan Orang – orang dari Hindia Belakang tersebut berhasil ( tiada hambatan apapun) dan mereka berhasil membuka ladang – ladang yang baru untuk bercocok tanam .sehingga Ajisaka berhasil menciptakan masyarakat baru yang damai antara Pedndatang – pendatang dari Hindia Belakang dan Penduduk asli Tanjung anom dengan diberi ajaran agama taukhid ( Kitab zabur ).
        Kemanapun Ajisaka pergi  selalu  diikuti  oleh  dua orang abdi setianya yaitu Tuhu
( sembodo ) dan Duro ( Setyo ).Pada suatu hari Ajisaka membawa 2 abdinya mendatangi sebuah Pulau bernama Pulau Maceti, di Pulau maceti , Ajisaka menitipkan keris saktinya    kepada Duro ( Setyo ) untuk dirawat di Pulau tersebut dan supaya Duro
( setyo )   merawat dan bercocok tanam di Pulau tersebut. Ajisaka berpesan bahwa Duro
( setyo ) tidak boleh menyerahkan keris sakti tersebut kepada orang lain selain kepada Ajisaka sendiri. Setyo berjanji menjaga dan merawat keris sakti tersebut, sedangkan Ajisaka bersama Abdi yang satunya yaitu Tuhu ( sembodo ) hendak pergi melaksanakan tugas untuk mengeringkan rawa – rawa supaya bisa dipakai untuk bercocok tanam oleh Penduduk.
        Bertahun – tahun Ajisaka dengan Tuhu ( Sembodo ) bekerja mengeringkan sebagaian Rawa – rawa dan berhasil membuka ladang – ladang  dan Perkampungan baru. Sehingga bertambah mashurlah nama Ajisaka  diseluruh Tanjung anom dan banyak Orang berguru kepadanya.
Pada masa itu yang menjadi Raja Tanjung Anom adalah Raja Kanibal yang bernama Dewata Cengkar yang hobbynya memakan jantung manusia demi  menambah umur dan kesaktianya.
Seluruh Negeri sangat tidak menyukai Raja itu dan setelah kehadiran Pangeran Ajisaka di Tanjung Anom , Rakyat lebih setuju kalau Pangeran Ajisaka yang menggantikan menjadi Raja karena beliau banyak berjasa kepada tanah Tanjung Anom.    
        Tatkala patih krajaan sedang berkelilingh mencari Pemuda – pemuda untuk dijadikan makanan buat rajanya ( Dewata Cengkar ) datanglah Pangeran Ajisaka menawarkan diri supaya dimakan oleh Dewata Cengkar dan mengenalkan diri sebagai Pendeta Muda bernama Ajisaka yang datang dari Hindustan. Melihat Pangeran Ajisaka tertariklah hatinya apalagi setelah Ajisaka mau dimakan asalkan Raja Dewata Cengkar memberi Tanah seluas sorban yang ada dikepala Ajisaka, Tertawalah raja Kanibal itu , betapa ringan syaratnya dan tentu saja dikabulkan. Pangeran Ajisaka  lalu melepaskan Surban  dikepalanya dan diletakkan di Tanah untuk diukur, sedangkan Raja dewata Cengkar berjalan disebelahnya mengikuti Surban Ajisaka.
        Ternyata Surban Ajisaka terus terbeber tiada habis – habisnya hingga ujung Pantai Jawa selatan , marahlah Raja Dewata Cengkar karena merasa bahwa panjang Surban Ajisaka  sama dengan seluas lebar Pulau Jawa dan artinya sama dengan meminta Tanah Jawa ini diserahkan kepada Ajisaka ,tatkala Raja Kanibal Dewata Cengkar itu hendak mencengkeram Ajisaka untuk dimakanya, saat itu juga Pangeran Ajisaka menghempaskan Surbannya Kepada Dewata Cengkar hingga terjatuh dilaut Selatan Jawa , ketika Raja kanibal itu berenang hendak ketepian laut ,…….. saat itu juga Pangeran Ajisaka mengerahkan ilmunya yaitu “ Cipta Hening Sabda Pandita Wali “ cukup dengan kata – kata jadilah jadi Buaya Putih  ( dalam Agama Islam sama dengan kun fayakun dalam surat yasin ) 
        Seketika itu juga jadilah ( Raja Dewata Cengkar ) menjadi seekor Buaya Putih dan sejak saat itu dia tiada berani hidup didaratan . setelah Dewata cengkar menjadi buaya Putih saat itu juga Pangeran Syarkil berubah namanya Menjadi Ajisaka dan menjadi Raja di Tanjung Anom kemudian tanjung anom diubah namanya menjadi Jawa Dwipa  yang Ibukotanya di Medang Kemulan.
Aji artinya ada ajinya atau ada isinya dan ada harga dirinya / dihargai ( dipandang oleh orang banyak / mempunyai derajad ) sedangkan Caka / Syaka artinya Cagak ( Tiang ) / Pilar – pilar yang berdiri tegak –kokoh .                     
        Sejak Jawa Dwipa  dipegang oleh Pangeran Ajisaka pertanian maju pesat dan Beras Jawa disukai Orang – orang di dunia , banyak kapal – kapal dagang dari Negeri lain untuk membeli beras – beras jawa untuk dipasarkan di Pasaran Dunia, nama Jawa terkenal didunia karena beras jawanya dan terkenal didunia kelak kerena Kayu Jawa Tik ( Jati ) nya setelah wafat ajisaka dan Orang – orang hindia belakang serta Penduduk jawa asli yang menerima kehadiran mereka bersama – sama mengeringkan rawa – rawa dan ditanami Pohon Jati .
        Tidak Heran kalau Peti Mati milik Raja – raja mesir ( para Fir’aun ) berasal dari kayu Jati asli dari Jawa Dwipa hingga detik inipun Kayu Kayu jati berupa Peti mayat Firaun – firaun yang dimummi didalam Piramid – pyramid di mesir utuh tidak bisa dimakan rayap.
        Dalam perjalanan hidup selanjutnya , Pangeran Ajisaka berumah Tangga dan mempunyai keturunan . Diantara keturunan beliau yang masih tersisa berada pada sebagian kecil Masyarakat Jawa yang berada di kampung kecil di sekitar Danau Ranu Pane di lereng gunung Semeru, mereka punya bukti ( semacam catatan ) bahwa mereka masih keturunan Ajisaka.
        Disaat Negara sudah berjalan makmur , teringatlah Ajisaka akan keris saktinya yang dititipkan kepada pembantu setianya yaitu Duro / setyo di Pulau Maceti , karena beliau sibuk mengatur Negara ,maka disuruhnya pembantu setiap hari harinya yaitu Tuhu / Sembodo untuk mengambil Keris Sakti tersebut ( Namun rupanya  Ajisaka sudah lupa akan kata – katanya dulu bahwa tidak boleh diberikan keris tersebut kepada siapapun selain Ajisaka sendiri ), ya itulah Manusia sesakti apapun sepintar apapun masih mempunyai penyakit bawaan yaitu lupa ini adalah penyakit bawaan sejak dari Nabi Adam. As. Tiada seorangpun tidak pernah lupa.
        Berangkatlah Tuhu / Sembodo menuju Pulau Maceti menemui Sahabatnya Duro/ setyo setelah bertemu diutarakanya pesan Ajisaka untuk mengambil Keris Sakti nya namun apa jawaban Duro / Setyo ia tetap pada pendirianya sesuai pesan Ajisaka dulu yaitu  “ tidak akan memberikan keris
sakti tersebut kepada siapapun selain Ajisaka  “ sehingga mereka berdua bersikeras kepada pesan masing – masing yang diberikan oleh Ajisaka , tiada titik temu antara mereka berdua, sehingga terjadilah perang tanding diantara keduanya , tiada yang kalah tiada yang menang . masing – masing sama – sama jujur sama – sama sakti dan sudah menjadi kehendak Tuhan yang mana akhirnya mereka berdua mati bersama – sama ( Bhs Jawa = Sampyuh ) sedangkan keris saktinya tetap berada ditempatnya.
        Di ibukota Jawa Dwipa , Medang Kemulan Ajisaka mulai menaruh curiga telah lama sekali tuhu tiada datang – datang akhirnya menyusullah Ajisaka mendatangi Pulau Maceti dan terkejutlah beliau setelah mengetahui dua Orang Abdi setianya telah Meninggal dunia, sedangkan keris saktinya tetap utuh pada tempatnya semula, lalu diambil keris sakti tersebut dan dipakainya kembali setiap hari.









BAB II
TERBENTUKNYA HURUF
DAN PENANGGALAN JAWA

        Sejak kepergian dua Abdi setianya Duro dan Setyo ,Pangeran Ajisaka merasa sangat menyesal  sekali , sehingga rasa penyesalan itu menimbulkan kegundahan yang teramat sangat . Rasa penyesalan itu terbawa terus dalam kehidupanya sehingga beliau ingin mengasingkan diri mengurangi Dosa – dosanya .
        Sekembalinya dari Pulau Maceti Pangeran Ajisaka pulang ke Ibukota menyerahkan Tahtanya kepada anaknya yang tertua dan pergilah beliau Madeg Pandito kemudian beliau pergi meninggalkan gelimang harta dan Istri tercantiknya membersihkan diri , mensucikan hati menghadap pada Sang Ilahi Robi, bertahun – tahun lamanya sehingga akhirnya Ajisaka mendapat petunjuk untuk menyusun Huruf Jawa sebagai peringatan untuk mengenang kedua abdi  setianya itu, sehingga terbentuklah Huruf Jawa yang terdiri dari 20 biji abjad yang mempunyai arti 20 sifat Tuhan yang terdapat dalam Kitab Zabur dalam bahasa Ibrani.
        Hanacaraka  artinya ada kisah , ada kejadian, ada yang tertulis. ( apa yang tertulis oleh Tuhan tiada bisa diubah oleh mahluk ( Sunatullah ) dibalik yang tertulis / tersurat ada yang tersirat = ada arti dibalik itu ( intisarinya ) ada ( hakekatnya )
        Datasawala artinya ada utusan yang sama – sama jujurnya akan tetapi salah paham dan menimbulkan gugur keduanya = hidup didunia ada utusan – utusan yang dicintai Tuhan , akan tetapi sedekat – dekatnya utusan dengan Tuhan hanya sebatas utusan saja , tiada bisa berkuasa , tiada bisa menentukan keputusan untuk mahluk hidup, yang menentukan mati hidupnya mahluk tetap ditangan Tuhan ( Qodla dan Qodar ).
        Pada jayanya artinya masa perjuangan biasanya mengalami masa kejayaan sampai waktu yang ditentukan = bagi Manusia  suatu waktu akan mengalami kejayaan  ( kedudukan ) yang setinggi – tingginya yang pada akhirnya akan Manggabatanga kejayaan itu akan berganti menjadi milik orang lain , begitulah perjalanan hidup manusia.
        Mangga Bathangga artinya menjadi Bathang ( mayat ) kembali, pada akhirnya semua mahluk hidup akan menjadi mayat kembali , hanya Tuhan yang tiada pernah mati dan maha kekal abadi.
        Setelah tercipta Huruf Jawa beserta aksara jawa juga Hitungan dan Penanggalan Jawa  berdasarkan Tahun caka ( Syaka ) lengkaplah sudah Penduduk Jawadwipa mempunyai huruf , Hitungan juga Penanggalan Jawa.
        Sejak saat itu Pangeran Ajisaka kembali ke Ibukota , Medang Kemulan serta mengajarkan Huruf dan Penanggalan / tahun jawa ( caka ) kepada Anak – anaknya . Lewat merekalah disebarkan keseluruh rakyat JawaDwipa untuk mempelajari tulisan , Penanggalan serta Hitungan Jawa.

        Lengkap sudah tugas Ajisaka mengemban tugas yang dibebankan oleh Nabi Sulaiman as.Membentuk masyarakat Jawa Dwipa ( Tanjung anom ) sehingga menjadi masyarakat yang mengenal Tuhan ( Tauhid ) serta dengan terciptanya Huruf Honocoroko yang merupakan Inspirasi dari gugurnya kedua abdi setia Ajisaka  serta Penanggalan dan Hitungan jawa yang merupakan pencarian dirinya dengan kuasa Tuhan sehingga Ajisaka merasa tiada berdosa lagi kepada abdi setianya itu.
        Kemudian Ajisaka kembali lagi ke Pulau Maceti untuk bertapa kembali membersihkan diri dari dosa – dosa nya, bertahun – tahun lamanya ia bertapa kemudian datanglah Komandan Betara Grinjing Wesi ke tempat Pertapaan Ajisaka di Pulau maceti.
        Betara Grinjing Wesi ( Malik Abdul Kadid )menyampaikan pesan dari Nabi sulaiman a.s. untuk Ajisaka bahwa sebagai hadiah atau kenang – kenangan buat ajisaka karena keberhasilanya membentuk negeri Jawadwipa sehingga menciptakan huruf , Hitungan jawa serta Tahun jawa, Nabi Sulaiman hendak melemparkan Ajimat yang sangat ampuh yang seharusnya dimiliki oleh Orang – orang yang hidup dimasa yang akan datang yaitu Ajimat Kalimosodo , selesai menyampaikan pesan Betara Grinjing Wesi pulang kembali ke Baitul Maqdis.
        Sepulangnya Komandan Grinjing wesi Ajisaka memikirkan saat ajimat itu datang, apakah seharusnya menerima secara Satriya = menunggu saja sampai Ajimat itu tiba ( Bakti pada Pimpinan) , ataukah harus bersikap sebagimana Pendeta / Brahmana / Ulama’ yaitu mendatangi Tempat yang tinggi dan bertapa brata untuk siap menerima ajimat tersebut.
        Dalam keadaan gundah dulana tiba – tiba datanglah seorang Pemuda tampan berpakaian bangsawan kuna ( Model pakainya seperti pakaian Bangsawan sebelum adanya Ajisaka ke tanah jawa , Pemuda itu mengenalkan dirinya bernama Pangeran Baroklinting . Kyai baroklinting memohon kepada Ajisaka supaya Sebaiknya menyerahkan Ajimat Kalimosodo ( yang kelak akan datang ) kepada Kyai baroklinting saja sebab Kyai baroklinting adalah Penduduk asli jawa , sedangkan Ajisaka belum tentu menetap terus di Jawa, yang kemungkinan hari tuanya bisa saja kembali ke tanah air nya di Hindustan.Jawaban Ajisaka tetap tidak akan menyerahkan Ajimat Kalimosodo kepada siapapun sekalipun nyawa sebagai taruhannya.
        Adapun Kyai baroklinting adalah salah satu anak raja di jawa purba ( Kuno ) sebelum menjadi tanjung anom sebelum Asia tergenang Air bah gletser mencair ( jaman es II dulu ) Kyai baroklinting memiliki salah satu ilmu ular yaitu bisa berumur panjang sebab bisa berganti –ganti kulit ( Mlungsungi ) yang hobinya bertapabrata karena mencari kesempurnaan hidup ( mencontoh Kaisar Yudhistira ( Puntadewa ) namun tidak pernah memilik ilmu ular seperti yang dimiliki Kyai baroklinting ,Yudistira hanya memiliki ilmu kesabaran, kejujuran dan terjun didalam dunia ilmu hakekat ( melepaskan tahtanya dan pergi dari lingkungan keluarganya untuk melksanakan Dharma di Arcapada mencari kesempurnaan hidup dan supaya kelak menjadi mati sempurna

        Kyai Baroklinting bertapabrata beratus – ratus tahun ingin mencari kesempurnaan hidup , akan tetapi belum pernah datang wangsit apapun dari Tuhan yang maha Esa kepada Kyai baroklinting, melihat dari mata batinnya di Tapabratanya , Kyai Baroklinting melihat Nabi Sulaiman a.s. akan meleparkan Ajimat Kalimosodo kepada Ajisaka  ( supaya kelak Ajisaka bisa mati sempurna ), maka timbul iri hatinya dalam dada Kyai Baroklinting dan berkeinginan untuk memiliki Ajimat Kalimosodo tersebut sehingga didatanginya Pangeran Ajisaka di Pulau Maceti untuk meminta ajimat tersebut.
        Karena masing – masing pergegang pada pendiriannya sehingga terjadilah perang tanding berhari – ahri dan tiada yang kalah dan yang menang. Akhirnya ilmu ular yang dimiliki oleh Kyai Baroklinting diujudkan nya untuk mengalahkan Ajisaka yaitu berujud Ular Raksasa yang indah warnanya, mereka bertanding terus yang hasilnya tetap seimbang akhirnya Ajisaka  mendapat akal yaitu dirayu / dibujuknya Kyai baroklinting supaya mau melingkari gunung Merapi yang antara ekor dan lidahnya saling bertemu dan membentuk simpul.
Apabila bisa melaksanakan semacam itu , maka ajisaka langsung akan menyerahkan Ajimat Kalimosodo kepada Kyai baroklinting.
        Tertariklah hati Kyai baroklinting dan ingin melaksanakan semacam itu dan tidak perlu harus perang lagi yang banyak menguras tenaga dan ilmu.Setelah tubuhnya bisa melingkar di gunung Merapi dan ujung lidahnya hendak bertemu , tiba – tiba tanpa disangkanya langsung Ajisaka mencabut keris saktinya dan dengan cepat memutus lidah Kyai baroklinting yang sedang menjulur , putuslah lidah Kyai baroklinting dan seketika itu jatuh Pingsanlah Kyai baroklinting lalu ditinggallah oleh Ajisaka kembali kepulau Maceti.
        Setelah Kyai Baroklinting bangun dengan kesakitan, dia berdiam diri di gunung Merapi betapa brata .Dia mengakui kalah dengan ajisaka ( karena terbujuk ) dan malu menjadi Pangeran gagu , tidak bisa bicara lagi bila berujud manusia lagi. Dan menjadi ular pertapaanpun , selalu mengasingkan diri karena menjadi ular pertapa yang gagu , akhirnya kehidupanya selalu memohon kepada Tuhan supaya bisa kembali menjadi mati sempurna yang dima’afkan Tuhan jadi seringkali Kyai Baroklinting mengabdi kepada Orang – orang tertentu ( Masuk kedalam senjata – senjata , Pusaka – pusaka supaya ikut berbuat baik sebagai tambahan pahala baginya untuk kekal kelak dialam kelanggengan.
        Sedangkan Ajisaka , tidak lama melaksanakan Tapabrata lagi di Pulau Maceti . tiba – tiba datanglah manusia yang tubuhnya lebih besar ( hampir Raksasa ) yang bernama Hono dengan bersenjatakan keris sakti seperti miliknya. Hono pun meminta supaya Ajimat Kalimosodo yang akan datang diberikan nya saja padanya supaya kelak Hono bisa mati sempurna.
        Adapun   Hono adalah manusia pertapa yang hampir berumur dengan Kaisar yudistira  ( Puntadewa ) yang saat Ajisaka hidup Kaisar Puntadewa masih hidup juga berkeliling bumi dengan menyamar dengan nama Raden Dharma kusuma , melaksanakan hakekat supaya kelak bisa mati sempurna .
        Pada masa Nabi Sulaiman a.s hidup, banyak sekali para wali yang sudah berkeliling bumi yang memegang ajimat Kalimosodo , tatkala dalam perjalanannya berkeliling bumi melaksanakan dharma arcapada , Kaisar puntadewa mendaptkan ajimat Kalimosodo yang diberi oleh salah satu Waliullah ( pada masa Nabi Sulaiman berkuasa ) yang tertulis pada kain putih dan oleh kaisar Puntadewa , ajimat tersebut dimasukkan kedalam cuping telingganya agar tidak hilang , karena beliau tidak bisa membaca huruf yang ada dalam Ajimat tersebut , beliau hanya bisa membaca huruf sangsekerta saja yang abjadnya sudah sangat langka sekali yang pada masa Ajisaka hidup itupun sudah jarang orang mengerti apalagi huruf dalam Ajimat Kalimosodo tersebut sangat aneh sekali bagi kaisar Puntadewa, jadi hanya disimpanya saja ajimat tersebut karena tidak bisa membacanya.
        Dalam pertapaannya , mata batin Hono melihat Kaisar Puntadewa mendapatkan Ajimat Kalimosodo , timbullah iri hatinya; mengapa dia yang juga bertapa mensucikan diri bertahun – tahun ( tak terhitung lamanya ) tidak mendapatkan ajimat yang bisa menyempurnakan saat kematian manusia. Hendak meminta kepada kaisar Puntadewa , bagi Hono sangat malu karena dulu beliau adalah kaisarnya dan tak pantas benar bila meminta kepada kaisar yang sangat dihormatinya , jadi Hono diam saja.
        Namun setelah Ajisaka hendak dikirim Ajimat tersebut oleh Nabi Sulaiman a.s. Hono bergerak hatinya untuk memintanya karena Ajisaka bukan siapa – siapa baginya dan umurnya terlalu muda untuk mendapatkan ajimat tersebut. Adapun jawaban Ajisaka adalah tetap tidak akan memberikan ajimat tersebut kepada siapapun juga walaupun nyawa taruhanya.
        Sehingga terjadilah Perang tanding berhari – hari tiada yang kalah dan yang menang , namun setelah keduanya sama – sama mengeluarkan keris – keris saktinya yang sama – sama berasal dari empu – empu dari negeri Hindustan, mereka berhasil mengalahkan satu dengan yang lainya .Ajisaka berhasil membunuh Hono, dan Hono pun berhasil membunuh Ajisaka. Keduanya sampyuh ( mati bersama – sama ).               
        Makam Pangeran Ajisaka kurang diketahui , akan tetapi diantara keturunanya berada dilereng Gunung Semeru diperkampungan Danau Ranu Pane, mereka hidup dalam kesederhanaan dan rajin memegang Tradisi Jawa, Jadi Bangsa jawa sudah lengkap dengan terbentuk Huruf , Hitungan / Penanggalanya, tinggal Orang – orang jawa yang tinggal di Pulau Jawa, bisa melaksanakan dengan memilih yang berguna atau tidak berguna tergantung penangkapan kalbu – kalbu masing – masing menanggapi kebudayaan Jawa.





















BAB III
KEMATIAN AJISAKA
Dan Tiada Hubungan Lagi Dengan Baitul Maqdis

        Setelah mengetahui kabar bahwa Pangeran Ajisaka telah gugur melawan Hono , Nabi Sulaiman.a.s. Tidak jadi memberikan Ajimat Kalimosodo , beliau tahu kalau Penduduk Jawa belum mampu membawa jimatnya Orang – orang akhir jaman, yang mampu hanya kaisar Yudhistira / Puntadewa yang saat itu masih lelana brata melaksanakan darma ( mencari kesempurnaan hidup supaya mati sempurna )
        Sejak kematian Ajisaka , generasi penerus di Jawa dwipa semakin jauh berhubungan dengan negeri baitul Maqdis ( Ibrani ) ,bahkan semakin banyak pendatang – pendatang dari daerah Hindia Belakang yang datang karena mendengar bahwa Jawa sangat subur dan benyak pendeta – pendeta Hindu yang datang menyebarkan agama Hindu di Pulau Jawa, semakin lama ganti generasi, semakin banyak beragama Hindu, yang akhirnya sejarah ajaran Tauhid dari Kitab Zabur semakin terkubur sejarah dan akhirnya berabad – abad lamanya justru Agama Hindu yang menguasai jawa, yang kemudian disusul dengan Agama Budha yang juga hidup berdampingan dengan agama Hindu., apalagi sejak kematian Nabi Sulaiaman a.s. wafat dan digantikan anaknya yaitu Jonathan bin Sulaiman. naik tahta, tak lama lagi negeri Israil dibumi hanguskan oleh tentara Babilonia ( Irak, Palestina, Libanon, Syiria dan Iran ) yang dipimpin oleh kaisar Nebukadnezar yang membuat Israil banjir darah diseluruh negerinya , sedangkan kaum laki – laki dan kanak – kanak dibawa ke Irak dijadikan Budak – budak ( dalam kisah Pembuangan Babilonia di Kitab Injil dan ada dalam Surat Al – kahfi di Al- Qur’an sehingga tambah tidak ada hubungan sama sekali antara jawa yang sudah menjadi Hindu dengan negeri Ibrani yang sudah Porak poranda dan terjajah oleh Babilonia.
        Yang pada akhirnya diantara Budak – budak ( kaum israil yang terinjak – injak Babilon muncullah Nabi Danial. A.s. yang diutus Allah untuk membawa bangsanya pulang kembali ke negeri Israil dan mengakkan hukum Taurat dan Zabur.
        Kalaupun sejarah menyatakan Ajisaka beragama Hindu , kita tidak bisa menyalahkan sebab memang Ajisaka berasal dari Negeri Hindu yaitu Hindustan yang memang kedua Orang Tuanya beragama Hindu, juga terlalu lamanya Agama Hindu menguasai tanah Jawa , juga Negeri jawa pernah terjajah Belanda kurang lebih Tiga setengah abad ( 350 Tahun ) yang mana banyak peninggalan – peninggalan yang dikuasai dan dipelajari oleh penjajah dan kebanyakan Penemu dan penulis – penulis sejarah kita adalah Bangsa Belanda yang notabene adalah Penjajah ( Belanda ).
        Apakah sejujurnya mereka ( Penulis – penulis Belanda ) menunjukkan bukti tulisan – tulisan kuno tersebut sesuai dengan aslinya ataukah mungkin sudah diubah disana sini ? Wallahu Akhlam ( hanya Allah yang tahu ).dan Jawaban tersebut terletak kepada kita Generasi – genaerasi Muda yang menilainya, karena sejarah bisa saja berubah layaknya Sinetron disana – sini ditambahi sedangkan Orsinilnya  ( aslinya ) Diputar Balikkan karena tidak sesuai Pangsa Pasar.
        Kita tidak harus seratus persen ( 100 % ) percaya kepada   ( Penulis sejarah Belanda ) karena Penjajah menulis untuk kepentingan Pemerintahan Jajahan  , kalau perlu semua yang dikuasai diubahnya sesuai dengan yang diinginkan Penjajah ( Bangsa Belanda ).
        Nah………. Terserah generasi Penerus Bangsa Jawa ( Indonesia ) ,apakah begitu saja percaya dengan yang ada sekarang ini ataukah tergerak untuk menyelidikinya kembali ??.ini adalah tugas kita bersama .
        Terakhir sebagai penutup kami sebagai penulis Sejarah Bangsa Jawa ( Babad Tanah jawi ) mungkin ada tulisan yang salah ataupun Kalimat yang kurang cocok mohon kritikan serta saran dengan alamat: C@haya Computer d/a  Kyai Djawan Samudro Jl. Raya Bunut Wetan 980 atau SMS ke 081554980751 - 085334118574, Kami hanyalah menulis yang sedikit kami ketahui sedangkan pembaca adalah jembatan penyempurna tulisan kami, Bila ada rujukan Babad Jawi  Versi lain bisa anda Kirimkan ke @mail. Kami -wimayahud@gmail.com- cahayapakis@gmail.com yang penting ada Rujukan dan Pengarangnya.
        Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Endang d/a PERUMNAS Permata Asri yang telah Menulis Tangan kitab Babad Tanah jawi ini dari beberapa buku kuno dalam  Museum yang beliau kunjungi dan jangan lupa ada seri Tulisan ibu Endang tentang Ajimat kalimosodo yang lebih seru dan sarat dengan makna – makna yang agung dan luhur , Penulis hanyalah manusia yang bodoh sedangkan kesempurnaan adalah milik Allah SWT.

TAMAT

Comments

  1. Alhamdulillah telah selesai tulisan Babad Tanah Jawi yang dihimpun oleh saudari Mbak Endang Permata Asri dan diedit Ulang Oelh Kyai Djawan Samudro

    ReplyDelete
  2. 2 jempol gwe acungkan buat anda....
    Sipp

    ReplyDelete
  3. Sejauh ini kah sejarah dibelokkan cerita dari catatan yg sudah di bumbuhi ide politik. Miris rasane.....

    ReplyDelete
  4. Perkenalkan saya RAHYANG AMAZIA KOESWARA, IBU saya keturunan PRABU BRAWIJAYA V, nenek saya cucu dari anak angkat kinasih SYEH SITI JENAR. BAPAK saya darah KI AGENG PRAPEN. dan saya Cucu SYEH MUHAMMAD ASHRAL/WALI GENDONG ING KOSESIH, PEKALONGAN. Apa ya yang dikagumi dari keturunan darah petinggi atau wali??

    ReplyDelete
  5. Sejauh ini kah sejarah dibelokkan cerita dari catatan yg sudah di bumbuhi ide politik. Miris rasane.....

    ReplyDelete
  6. terima kasih sudah mampir ke blog saya,,,semoga kita semua diberi keinginan untuk selalu memperbaiki diri dari hingar bingar dunia yang semakin tua

    ReplyDelete
  7. terima kasih Mas Ara udah mampir ke blog saya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KITAB PANGIWO PANENGEN III

PANGIWO - PANENGEN JILID V TAMAT

AJIMAT KALIMOSODO