KITAB PANGIWO PANENGEN III


KITAB PANGIWO PANENGEN JILID III

          Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Seperti kita ketahui bersama – sama bahwa Kitab Pangiwo –Panengen ini adalah merujuk pada Kitab – Kitab Keraton  yang ditulis oleh Padmo Susastro dan dikembangkan penulisan bahasanya oleh Kyai  Djawan Samudro dan Ibu Endang Permata Asri sehingga Penulisan Kitab ini memakan waktu berbulan – bulan maka dari itu kami “ Kyai Djawan Samudro beserta Ibu Endang Permata Asri “ menghimbau untuk pengemar Kitab – Kitab langka untuk bersabar menanti Tulisan – tulisan kami berdua. Disamping menunggu pengumpulan juga karena terbatasnya dana untuk penulisan Kitab – kitab ini , maka saya sangat bersyukur terkadang ada diantara saudara – saudara yang ingin kelanjutan penulisan dengan memberikan uang lelah untuk menulis walaupun jumlahnya tidak seberapa namun kami sangat senang karena masih ada yang perduli dengan jerih payah kami berdua.
             Mudah – mudahan untuk jilid – jilid berikutnya kami akan menulis kembali kelanjutan dari Kitab pangiwo panengen yang aslinya berbahasa djawa kami indonesiakan dengan penambahan sedikit disana sini , Tak ada kesempurnaan yang kami punyai ,hanya kebodohan  dan kekurangan yang kami miliki.
             Terima kasih Mas tatang di Bekasi juga Ibu ida ayu Di Bandung juga Mbak Endang Permata asri malang yang menyempatkan menulis dan mempopulerkan tulisan – tulisan Djawa Kuno yang jarang diperhatikan oleh Generasi – generasi Bani Djawan ( Bangsa Djawa khususnya ) dan Masyarakat Indonesia pada umumnya.
             Kehidupan manusia tidak terlepas dari sejarah masa silam datang silih berganti yang dulu jaya terakhir terhina yang dulu dijajah kembali merdeka.
             Penulisan Kitab Pangiwo – Panengen ini masih banyak kekurangannya untuk itu kritik maupun saran silahkan anda kirimkan ke cahayapakis@gmail. Com atau melalui www//kyai djawan samudro.com. atau facebook @nurkhozin sholikhan juga bisa sms ke 081554980751/081554980673 -03417393126

             Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

             kyai djawan Samudro


            
             Seusai zaman es II AIR BAH TELAH mulai surut di beberapa daratan yg mana benua HINDIA  telah tiada menjadi benua ASIA dgn bentuknya yg berubah total tak seperti  masa sebelum datangnya gletser mencair, benua HINDIA putus menjadi beberapa daratan terbawa arus air lautan mengalir yani  nenjauh ke selatan  menjadi benua ANTARTIKA  , AUSTRALIA Dan beberapa pulau – pulau  kecil – kecil pada  lautan pasifik ,sebagian menjadi daratan yg ter pecah – pecah menjadi negara   dalam lautan HINDIA dan lautan FASIFIK yg mana seakan – akan  nama – nama  negara – Negara  tersebut hanya sebuah nama saja padahal dulu- dulu nya memang ada negara HASTINA yg terletak di negara HINDIA sewaktu di pegang oleh raja YUDAYANA anak prabu PARIKESIT masih negara besar  yg berwibawa tapi setelah tertutup air bah sementara waktu dan prabu YUDHAYANA telah meninggal dunia , kekuasaan di pegang baru yg lebih maju dan makmur pd akhirnya prabu Sendrayana memindahkan kerajaanya ke WIDARBA /INDIA belakang kini daerah gujarat dan bekas HASTINA diberikan kepada nya kepada adik nya yakni  SUDARMANA  Prabu Gendrayana mempunyai anak 9 orang putra- putri yg menggantikan tahta ayah nya adalah R NARAYANA bergelar PRABU JAYA PURUSA dan menjalankan kekuasaan di kerajaan widarba [HINDIA  belakang gujarat ] Prabu Narayana /prabu Jaya purusa sangat bagus dan sangat di cintai rakyatnya sebab beliau rendah hati dan jujur dan bijaksana beliau lebih banyak mandito [melaksanakan laku kependetaan ]dari pada tinggal dalam istana beliau lebih banyak berkumpul dan berjalan – jalan  di tengah rakyat jelata juga sering mengunjungi negara- Negara tetangga nya secara kekeluargaan hingga  seluruh raja – raja   di wilayah INDIA /sanagat mencintainya akhirnya hampir semua penduduk HINDUSTAN /INDIA menyambutnya titisan Batara wisnu dengan sebutan yang begitu mulia beliau sangat risih karena tidak pernah merasa sebagai dewa /bahtara, akhirna untuk menghindari julukan – julukan  tinggi seperti itu beliau memutuskan untuk lebih menekuni dunia  kependetaan dan mengalahkan hatinya sendiri seluruh tahta beliau serahkan kepada adik laki - lakinya Raden Dipayana /Harya Prabu dan beliau pergi meninggalkan daratan INDIA [Hindustan ] dan berlayar menuju daerah dimana daratan INDIA dulu berasal dan bergandengan menjadi satu yakni  Pulau Jawa karena ada glester mencair mengakibatkan daratan INDIA terpecah dengan P jawa  di PULAU jawa beliau berkelana dari negeri yg satu ke negeri  yg satu nya untuk melaksanakan dharma menyebarkan kebaikan – kebaikan  sewaktu berada di kerajaan Daha /Kediri [PANJALU  JAYATI ]beliau di ambil menantu oleh raja kediri yakni Prabu Kameswara 1 dinikahkan dengan  putrinya yakni Dewi Sari setelah raja kameswara 1 tua renta R. Narayana mengantikannya menjadi Raja Kediri bergelar Raja Kameswara II namun lebih terkenal karena tulisan – tulisannya mengenai ramalan – ramalan jaman akan datang yang beliau ambil dari intisarinya seluruh kitab – kitab agama – agama di dunia beliau tuangkan dalam bentuk sastra tembang yang terkenal dengan sebutkan ramalan jajabaya.
Prabu Jayapura / Kamesmara II mempunyai istri permaisuri Dewi Sari binti Patah Sutiksa mempunyai anak 4 orang,3 orang dan 1 putra,yang melanjutkan menjadi raja di Kediri adalah Prabu Jayawijaya / Kamesmara III mempunyai isteri permaisuri bernama Dewi Satapi binti Hajar Subrata (pendeta gunung padang Jawa Barat) dan mempunyai 2orang anak laki – laki.
             1.Prabu Jayamisena menjadi raja di Mamenang / Kediri.
             2.Prabu Jayakusuma menjadi raja di Matahun / Ngawi.
Prabu Prabu jaya misena / Mamenang – Kediri mempunyai 2 orang anak lelaki yakni:
             1.Raden Kiswara/Raden Alidrawa/Prabu Kusumawicitra – kemudian pindah ibukota ke pengging wiharadiya (yogyakarta)
             2.Dewi Kiswasi/Hondrawala menikah dengan putra mahkota Matahun yakni Raden Jaya Susema.
Prabu Kusumawicitra (bribukota pengging) mempunyai 2orang istri yakni:
-          Dewi Soma binti Prabu Jayakusuma – Matahun
-          Dewi Daruki binti Hajar Kapyara (pendeta dari Banyuwangi)
Prabu Kusumawicitra mempunyai anak 6 orang yang menjadi raja adalah Prabu Citrasoma di Pengging/Yogyakarta, beliau mempunyai istri permaisuri Dewi Sriyati binti Resi Sidhiwacana dari Gunung Merbabu – Jawa Tengah dan mempunyai anak 5 orang yang menjadi raja adalah Raden Pancadiyana, namun karena beliau lebih memilih menjadi pendeta dan menikah dengan bidadari cantik bernama Dewi Laksmita, hingga tahtanya diberikan kepada adiknya yang bergelar Prabu Paweadrya.
Prabu paweadrya bergelar Resi Paweadyana hidup bersama istrinya Bidadari Dewi Laksmita di Gunung Mermabu.
             Prabu Paweadrya (adik Resi Pawedyana) di Pengging mempunyai permaisuri Dewi Gundawati binti Prabu  Jayamisena (Angling Darma) di kerajaan Malwapati/Kabupaten Bojonegoro mempunyai 4 orang anak.Yang menjadi raja adalah Raden Saputra / bergelar raja Dewakusuma/Prabu Dewanata di kerajaan Pengging atau Prabu Anglingdrya.

Prabu Anglingdrya mempunyai 2 istri :
-          Dewi Soma binti Resi Pawedyana yang beristri bidadari Dewi Laksmita
-          Dewi Sinta binti Resi Wirahaspati pendeta Gunung Cangkring yang beristri bidadari.
Prabu Anglingdrya mempunyai 3 orang anak,yang menjadi raja adalah Prabu Suwlacala yang berwilayah di Medhangkemulan(wilayah Jawa Tengah Utara dan Jawa Timur selain Kerajaan Malapati / Bojoegoro).
             Prabu Suwelacala mempunyai permaisuri Dewi Darmastuti binti PrabuWindhajaka mempunyai anak 5 orang. Yang menjadi raja adalah:
Prabu Sri Mahapunggung (Raden Jaka Kandhuyu) Menjadi Raja mempunyai ibukota di Purwarita (Purwakarta .– Jawa Tengah).
Prabu Sri Mahapunggung beristri permaisuri Dewi Wara Surastri binti Prabu Pandayanata,mempunyai anak 7 orang, yang menjadi raja adalah Raden Subrata atau Resi Jatayu bertempat tinggal di Jenggala (Shingasari).
Resi Jatayu mempunyai 5 orang istri dan mempunyai 6 orang anak,yang menjadi raja adalah Raden Harya Jayengrama bergelar Prabu Lembu Amiluhur di kerajaan Jenggala,mempunyai 6 orang istri dan mempunyai istri selir sebanyak 40 orang dan mempunyai anak 100 orang.
Yang menjadi raja adalah Raden Putra bergelar Prabu Suryawasiya di kerajaan Jenggala.
Nama Raden Putra banyak sekali karena sering menyamar berkelana mendekati rakyatnya lebih dekat, diantara namanya:
-          Raden Panji Kasatrian
-          Raden Priyambada
-          Raden Kudarawisrengga
-          Raden Dhawuhmarna
-          Raden Wirenghulung
-          Raden Panji Wanengpati
-          Raden Kelana Jayengsari
-   Raden Asmarabanangun (R.ande – ande lumut) yang menikah dengan Putri cantik Dewi Galuh Candrakirana dari Kediri atau klenting kuning.Makam Klenting Kuning berada di bukit Wringin Sapta sebelah Bendungan Selorejo – Desa Ngantang – Kota Batu – Kabupaten Malang.
Prabu Suryawisesya / Raden Panji Asmarabangun mempunyai permaisuri Dewi Galuh Candrakirana dan mempunyai 7 orang istri selir dan mempunyai 8 orang putra,yang tertua namanya:
                Raden Nawang terkenal dengan kisahnya sebagai Raden Panji Semirang. Dan yang menjadi raja adalah yang nomer 2 yakni:
                Raden Lambang bergelar Prabu Surya Amiluhur raja Jenggala dan setelah pindah ke Pajajaran/Jawa Barat berganti nama menjadi Prabu Mahesa Tandreman. Prabu Mahesa Tandreman mempunyai 5 orang istri dan yang menjadi raja adalah Raden Jaka Saputra/Raden Lembu Pangersa di kerajaan Pajajaran dan setelah menjadi raja bergelar Prabu Banjarsari di Galuh – Pajajaran.
             Raja Banjaransari Dengan Permaisuri Dewi Sri tatayi mempunyai Anak prabu Munding wangi meneruskan tahta ayahnya menjadi raja Di Kerajaan Galuh pajajaran – Jawa Barat.
             Raja banjaransari mempunyai 25 Orang Istri Selir dan diantara Selir – selirnya tersebut terdapat 6 Orang Bangsa Bidadari yaitu :
1.       Bidadari ratna Kencana suradiwati
2.       Bidadari Herawati Hapsari
3.       Bidadari nawang Arum / Ismayawati
4.       Bidadari Mayang Arum / Ismarawati
5.       Bidadari mayang taruna / Ratnawati
6.       Bidadari Sulendrawati/ Ratu Ayu Galuh
Seluruh anak – anak Prabu banjaransari ada 76 Orang diantara 76 orang tersebut yang menjadi Raja adalah Prabu MundingSari , beliau mempunyai 6 Orang putra – putri  yang mengantikan beliau menjadi raja adalah anak ke 1 yaitu Mundingwangi  sedangkan anak banjaransari  yang No 5 ( lima ) adalah Silahwangi menjadi raja pada kerajaan Maja.
Sedangkan anak yang No 6 ( enam ) adalah Prabu Siliwangi menjadi Raja di Kerajaan Kuningan ( kini Kab. Kuningan dan kabupaten Majalengka )
             Dari garisnya Prabu Silinwangi inilah menurunkan raja – raja pada kerajaan – kerajaan Sunda – Jawa barat
             Prabu Mundingwangi ( raja Galuh pajajaran ) anak raja Banjaransari yang tertua menikahi Dewi sataman ( Putri Pendeta dari Ujung Kulon ) mempunyai 12 Anak dan yang mengantikan ayahnya adalah R. sesuruh atau Prabu harya Tandreman.
             Diantara 12 Orang anak – anak Raja Mundingwangi tersebut adalah 1 ( satu ) orang yang mengikuti agama Islam yaitu Raden harya margana namun beliau diusir dari istana dan harus keluar dari kerajaan galuh pajajaran ,beliau pergi da berganti nama menjadi susuhunan Atas angin atau Pangeran Atas Angin .
             Pada waktu itu hampir separuh bumi dibawah kekuasaan kekalifahan Islam yang dipimpin oleh Dinasty Abbasyiyah berpusat di Bagdad  atau Irak. Dinasti Abbasiyah adalah anak cucu dari sayyidina Abbas ra. ( Paman nabi Muhammad SAW ) yang paling cerdas diantara sahabat – sahabat nabi SAW.
Dinasti Abbasiyah datang dari Arab Saudi ( Hejaz ) menuju Bagdad dan berhasil mengalahkan Dinasti Muawiyah bin Abi Sofyan ( Keturunan Abu Sofyan , orang – orang Arya atau Irak yang menjadi Bankir kaya raya di tanah Hejaz atau Arab ) dan berkhianat pada Kholifah Ali Bin Abi Thalib ra dengan jalan mendirikan Dinasti Muawiyah di tanah asalnya Bagdad atau Irak ( Bekas Negara Babilonia ).
             Dengan kekuasaan militer tanpa persetujuan suara rakyat ( tidak seperti cara Khulafaur Rosidin ) sahabat nabi sebelum munculnya Rezim Muawiyah )
             Kekuatan Nomer dua setelah Dinasti Abasiyah adalah kekaisaran Cina atau Tiongkok selanjutnya Nomer 3 adalah Negara –negara yang terpecah belah berdiri sendiri – sendiri yang mana di P. Djawa hanya ada satu Negara Besar yaitu Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Raja Kertanegara ( Buyut dari Sang Akuwu Tunggul  Ametung dan Ratu Ken dedes ) dan banyak Negara – Negara kecil salah satunya adalah Galuh pajajaran.
             Pada masa Dinasti Abbasiyah berkuasa banyak para sufi dan para Pendakwah – pendahwah Agama Islam dengan aman berkeliling di Bumi memasuki Negara – Negara yang belum mengenal agama Islam termasuk di P. Jawa.
             Setelah keluar dari Istana Pajajaran , Pangeran Atas Angin banyak berguru pada para sufi yang dating ke Pulau jawa sambil berdagang hingga pangeran Atas Angin mengikuti langkah hidup berhakekat dan mencapai Ma’rifatullah , makam beliau terawatt rapi sampai kini di belakang Pengimaman Masjid Agung Demak – Jawa Tengah.
             Sedangkan dari 12 Orang anak Prabu Mundingwangi yang menjadi raja adalah Raden harya tanduran ( R. sesuruh ) namun beliau pergi dari ayannya dan lebih senang mengabdi kepada Raja Singhasari di Jawa Timur yakni Raja Kertanegara dan Tahta pajajaran beliau serahkan kepada adiknya yakni Raden Siung wanara atau Raden banyak Widhe.
             Raden Siung Wanara adalah Nama diwaktu menjadi raja pajajaran namun setelah cucu keponakannya yakni Pangeran Han – han atau Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit , beliau Raden Siung Wanara sering dimintai bantuan oleh Raden Wijaya untuk tugas memimpin armada Angkatan Laut majapahit keluar Pulau Jawa, yang mana disaat mengemban tugas tersebut bergelar nama Laksamana AL Banyak widhe , dan bila selesai mengemban tugas pulang kembali ke Pajajaran menjadi raja bernama R. Siungwanara.
             Raden sesuruh atau Prabu Harya Tanduran berganti nama menjadi Bra Tama atau Bra Tala , dan mempunyai 2 Orang istri dan yang seorang tidak mempunyai anak dan yang seorang lagi berasal dari Negeri Tiongkok atau Putri Cina yang bernama Putri Kian.
Dengan Putri Kian mempunyai 5 Orang Anak :
1.       Raden jaka manguri Atau Prabu Anom
2.       Dewi   Pamedarsih atau rara mandar menikah dengan Nahkoda kapal laut dari Hejaz ( arab ) bernama Sayyid Abdurrohman Adzimat Khan dan menjadi adipati Tuban bergelar Arya Teja.
3.       Dewi Murdaningkung menikah dengan Raja di Pulau Bali
4.       Dewi Murikangen menikah dengan Raja dari Kerajaan Banjarmasin – Kalimantan Timur
5.       Prabu Bra Kumara menikah dengan Putri dari Tiongkok yang bernama Putri Ding – ding dan mempunyai 2 orang anak yakni :
I.                    Putri Yo Gan, menikah dengan prabu Bra Tandriya raja Pengging
II.                  Pangeran Han – han atau Raden Hananingkung  atau harya Bra Wijaya , beliau mengantikan ayahnya menjadi Raja di Majapahit kecil ( Wilayah tarik Sidoardjo , Gempol, japanan, pandaan dan Hutan Mojo ( Mojokerto )
             Pada Masa raja Kertanegara gugur diserang oleh Raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri beserta Pasukannya dan singasari menjadi jajahan kerajaan Kediri, Raden Wiajya berkelana dengan memakai nama samaran . Dengan memakai nama Raden Nararya menggalang rasa persautuan antar kadipaten untuk mencari cara bagaimana caranya leaps dari penjajahan kerajaan Kediri, beliau mendengar kabar bahwa kaisar Khu bi lai khan hendak menuntut balas atas kematian utusanya yang sebagian di bunuh dan sebagian dibuat cacat oleh Raja Kertanegara sewaktu kaisar Khu Bi Lai Khan mengirimkan rombongan Ekspedisi nya ke kerajaan Singosari.
             Supaya keluarga Raja Kertanegara tidak bercerai berai dan supaya tidak dibunuh oleh Orang – orang dari Kerajaan Kediri maka ke 4( empat ) Putri Raja Kertanegara ( karena Raja Kertanegara tidak mempunyai anak laki – laki ) maka ke empat orang itu dinikahi semuanya oleh Raden Wijaya dan dijamin keamanannya.
             Menjelang kedatangan tentara Tartar yang dipimpin oleh Jenderal I kimese dan Jenderal Wengki oleh Raden Wijaya beserta pengikut – pengikutya ke empat istrinya diungsikan ke pulau Madura dan dilindungi oleh Adipati Arya Wiraraja ( Ayah Raden Ronggolawe )  beserta seluruh Rakyat Madura.
             Dengan bantuan Prajurit – prajurit Singasari serta bantuan dari Kerajaan Pengging ( Ayodyakarta ) sebab Raden Wijaya mempunyai istri dari Kerajaan Pengging dan pasukan bantuan dari Pulau Madura yang dipimpin oleh Panglima Lembu Sora ( adik Arya Wiraraja ) dan panglima muda Ronggolawe, kesemuanya siap berjuang untuk lepas dari cengkeraman Kerajaan Kediri.
             Akan tetapi Raden Wijaya siap dengan siasat nya yang lebih tepat yaitu menyambut kedatangan pasukan tartar dengan baik dan ditipunya bahwa anak dari Prabu Kertanegara adalah Pangeran Ardharaja Raja Kediri ( Anak Raja jayakatwang ) dan harus dihancurkan total rata dengan tanah.
             Dengan Tipu muslihat yang halus serta semangat ingin membalas dendam atas penghinaan raja Kertanegara ,mereka semua mengikuti apa saja yang diutarakan oleh Raden Wijaya dan berangkatlah Armada tentara Tar tar melewati Sungai Brantas menuju Kediri.
             Taktik yang dijalankan begitu sempurna sehingga tanpa ampun Kerajaan Kediri dihancurkan tanpa sisa oleh Pasukan Tar tar, sehingga tak satupun Peninggalan Kerajaan Kediri yang tersisa.
Bumi hangus yang diterapkan Pasukan tar tar membuat mereka mabuk kemenangan sehingga dengan mudah Raden Wijaya mempersiapkan Taktik nya yang kedua.
             Setelah berpesta pora , bergembira tiada batas dengan suguhan – suguhan yang telah dipersiapkan mereka sudah tak ingat lagi ,maka dengan mudahnya mereka dilumpuhkan oleh Pasukan –pasukan gabungan hingga banyak tentara tar tar berlarian ke pelabuhan Ujung galuh , sedangkan disana mereka disambut oleh Tentara – tentara Madura dan dibantai habis – habisan . Pada daerah Pintu air jagir – ujung Galuh ( Surabaya ) pasukan Tar tar hancur Total pada Tanggal 21 Mei 1293 M dan segelintir kapal lautnya yang kembali ke Tiongkok.
             Dengan hancurnya Kerajaan Kediri serta Kemenangan yang didapat oleh Raden Wijaya sehingga diumumkanya bahwa telah berdiri Kerajaan Majapahit pada Tahun 1243 M dengan Rajanya yang bergelar “ Prabu Sang Rajasa Sanggramawijaya  “dengan permaisurinya Putri Raja Kertanegara yang tertua yaitu :
1.       Ragapadmi Tribuwana Gayatri Sang Nareswari serta adik – adiknya menjadi selir R. Wijaya
2.       Pradjna Paramita
3.       Narendraduhita
4.       Mahendradatta
Sebelum menikah dengan Putri – putri Kertanegara Raden Wijaya telah menikahi Putri Raja Pengging dan Putri Adipati Tuban. Setelah itu Raden Wijaya menikah lagi dengan putrid dari Melayu ( Kiriman ekspedisi Pamalayu ) yaitu Putri Dara Pethak dan Dara jingga, yang mana dara petak Putri Indraswari.

“ Sekian dulu untuk Kitab Pangiwo – panengen Jilid  III , mudah – mudahan bisa bermanfat dan tunggu Jilid IV akan segera tayang
















Comments

  1. tulisan ini masih banyak catatan yang perlu perbaikan untuk itu kami mohon kritikan dan masukan

    ReplyDelete
  2. Berdasarkan catatan keluarga kami secara turun temurun, Raden Sesuruh/ Bratana adalah Putra dari Prabu Pamekas/ Mundhing Piaran Mas Panjawi/ Prabu Sunda Hanyakrawati dengan Dewi Ambarsari, sedangkan Prabu Pamekas adalah Putra dari Prabu Mundhing Wangi dengan Endang Setaman.
    Atau Raden Sesuruh adalah cucu dari Prabu Mundhing Wangi, harap minta konfirmasi mungkin kami yang salah.....

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Mbah Kung informasinya ,akan kami konfirmasi dengan nara sumber kami

    ReplyDelete
  4. Sedangkan dari 12 Orang anak Prabu Mundingwangi yang menjadi raja adalah Raden harya tanduran ( R. sesuruh )=oke...terima kasih atas informasinya... ==namun beliau pergi dari ayannya dan lebih senang mengabdi kepada Raja Singhasari di Jawa Timur

    ReplyDelete
    Replies
    1. bidadari itu nencari keturynany yg bertanggal lahir sama

      Delete
    2. bidadari itu nencari keturynany yg bertanggal lahir sama

      Delete
    3. Mungkin bisa ia bisa tdk mbak e..

      Delete
  5. Maaf ikutan nimbrung njihh....bukankah dewi kandita itu putri dari munding wangi...dlm ceritanya dewi kandita disantet ibu tirinya dibuat kudisan penyakit kulit menjijikkan...akhirnya dia diusir dari pajajaran dan lari karang hawu pelabuhan Ratu? Kalo ini bener berarti kandita saudara kandung raden sesuruh ya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PANGIWO - PANENGEN JILID V TAMAT

AJIMAT KALIMOSODO