KITAB PANGIWO PANENGEN III
KITAB PANGIWO PANENGEN JILID
III
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Seperti kita ketahui bersama – sama bahwa Kitab Pangiwo
–Panengen ini adalah merujuk pada Kitab – Kitab
Keraton yang ditulis oleh Padmo Susastro
dan dikembangkan penulisan bahasanya oleh Kyai
Djawan Samudro dan Ibu Endang Permata Asri sehingga Penulisan Kitab ini
memakan waktu berbulan – bulan maka dari itu kami “ Kyai Djawan Samudro beserta
Ibu Endang Permata Asri “ menghimbau untuk pengemar Kitab – Kitab langka untuk
bersabar menanti Tulisan – tulisan kami berdua. Disamping menunggu pengumpulan
juga karena terbatasnya dana untuk
penulisan Kitab – kitab ini , maka
saya sangat bersyukur terkadang ada diantara saudara – saudara yang ingin
kelanjutan penulisan dengan memberikan uang lelah untuk menulis walaupun
jumlahnya tidak seberapa namun kami sangat senang karena masih ada yang perduli
dengan jerih payah kami berdua.
Mudah – mudahan untuk jilid – jilid
berikutnya kami akan menulis kembali kelanjutan dari Kitab pangiwo panengen
yang aslinya berbahasa djawa kami indonesiakan dengan penambahan sedikit disana
sini , Tak ada kesempurnaan yang kami punyai ,hanya kebodohan dan kekurangan yang kami miliki.
Terima kasih Mas tatang di Bekasi
juga Ibu ida ayu Di Bandung juga Mbak Endang Permata asri malang yang
menyempatkan menulis dan mempopulerkan tulisan – tulisan Djawa Kuno yang jarang
diperhatikan oleh Generasi – generasi Bani Djawan ( Bangsa Djawa khususnya )
dan Masyarakat Indonesia pada umumnya.
Kehidupan manusia tidak terlepas
dari sejarah masa silam datang silih berganti yang dulu jaya terakhir terhina
yang dulu dijajah kembali merdeka.
Penulisan Kitab Pangiwo – Panengen
ini masih banyak kekurangannya untuk itu kritik maupun saran silahkan anda
kirimkan ke cahayapakis@gmail. Com atau melalui www//kyai djawan samudro.com.
atau facebook @nurkhozin sholikhan juga bisa sms ke 081554980751/081554980673 -03417393126
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
kyai djawan Samudro
Seusai zaman es II AIR BAH TELAH
mulai surut di beberapa daratan yg mana benua HINDIA
telah tiada menjadi benua ASIA dgn bentuknya yg berubah total tak
seperti masa sebelum datangnya gletser
mencair,
benua HINDIA putus menjadi beberapa daratan terbawa arus air lautan mengalir
yani nenjauh ke selatan menjadi benua ANTARTIKA , AUSTRALIA Dan beberapa pulau – pulau kecil – kecil pada lautan pasifik ,sebagian menjadi daratan yg
ter pecah – pecah menjadi negara dalam lautan HINDIA dan lautan FASIFIK yg mana
seakan – akan nama – nama negara – Negara tersebut hanya sebuah nama saja padahal dulu- dulu nya memang ada
negara HASTINA yg terletak di negara HINDIA sewaktu di pegang oleh raja
YUDAYANA anak prabu PARIKESIT masih negara besar yg
berwibawa tapi setelah tertutup air bah sementara waktu dan prabu YUDHAYANA
telah meninggal dunia , kekuasaan di pegang baru yg lebih maju dan makmur pd
akhirnya prabu Sendrayana memindahkan kerajaanya ke WIDARBA /INDIA belakang
kini daerah gujarat dan bekas HASTINA diberikan kepada nya kepada adik nya yakni SUDARMANA
Prabu Gendrayana mempunyai anak 9 orang putra- putri yg menggantikan
tahta ayah nya adalah R NARAYANA bergelar PRABU JAYA PURUSA dan menjalankan
kekuasaan di kerajaan widarba [HINDIA
belakang gujarat
] Prabu Narayana /prabu Jaya purusa sangat bagus dan sangat di cintai rakyatnya
sebab beliau rendah hati dan jujur dan bijaksana beliau lebih banyak mandito
[melaksanakan laku kependetaan ]dari pada tinggal dalam istana beliau lebih
banyak berkumpul dan berjalan –
jalan di tengah
rakyat jelata juga sering mengunjungi negara- Negara tetangga nya secara kekeluargaan
hingga seluruh raja – raja di wilayah INDIA /sanagat mencintainya
akhirnya hampir semua penduduk HINDUSTAN /INDIA menyambutnya titisan Batara
wisnu dengan sebutan yang begitu mulia beliau sangat risih karena tidak pernah
merasa sebagai dewa /bahtara, akhirna untuk menghindari julukan – julukan tinggi seperti itu beliau
memutuskan untuk lebih menekuni dunia
kependetaan dan mengalahkan hatinya sendiri seluruh tahta beliau
serahkan kepada adik laki - lakinya Raden Dipayana /Harya Prabu dan beliau pergi meninggalkan daratan
INDIA [Hindustan ] dan berlayar menuju daerah dimana daratan INDIA dulu berasal
dan bergandengan menjadi satu yakni
Pulau Jawa karena ada glester mencair mengakibatkan daratan INDIA
terpecah dengan P jawa di PULAU jawa beliau
berkelana dari negeri yg satu ke negeri yg satu nya
untuk melaksanakan dharma menyebarkan kebaikan – kebaikan sewaktu berada di kerajaan Daha /Kediri [PANJALU JAYATI ]beliau di ambil menantu oleh raja
kediri yakni Prabu Kameswara 1 dinikahkan dengan putrinya yakni Dewi Sari setelah raja
kameswara 1 tua renta R. Narayana
mengantikannya menjadi Raja Kediri bergelar Raja Kameswara II namun lebih
terkenal karena tulisan – tulisannya mengenai ramalan – ramalan jaman akan
datang yang beliau ambil dari intisarinya seluruh kitab – kitab agama – agama
di dunia beliau tuangkan dalam bentuk sastra tembang yang terkenal dengan
sebutkan ramalan jajabaya.
Prabu
Jayapura / Kamesmara II mempunyai istri permaisuri Dewi Sari binti Patah
Sutiksa mempunyai anak 4 orang,3 orang dan 1 putra,yang melanjutkan menjadi
raja di Kediri adalah Prabu Jayawijaya / Kamesmara III mempunyai isteri
permaisuri bernama Dewi Satapi binti Hajar Subrata (pendeta gunung padang Jawa
Barat) dan mempunyai 2orang anak laki – laki.
1.Prabu Jayamisena menjadi raja di
Mamenang / Kediri.
2.Prabu Jayakusuma menjadi raja di
Matahun / Ngawi.
Prabu
Prabu jaya misena / Mamenang – Kediri mempunyai 2 orang anak lelaki yakni:
1.Raden Kiswara/Raden
Alidrawa/Prabu Kusumawicitra – kemudian pindah ibukota ke pengging wiharadiya
(yogyakarta)
2.Dewi Kiswasi/Hondrawala menikah dengan
putra mahkota Matahun yakni Raden Jaya Susema.
Prabu
Kusumawicitra (bribukota pengging) mempunyai 2orang istri yakni:
-
Dewi Soma
binti Prabu Jayakusuma – Matahun
-
Dewi
Daruki binti Hajar Kapyara (pendeta dari Banyuwangi)
Prabu
Kusumawicitra mempunyai anak 6 orang yang menjadi raja adalah Prabu Citrasoma
di Pengging/Yogyakarta, beliau mempunyai istri permaisuri Dewi Sriyati binti
Resi Sidhiwacana dari Gunung Merbabu – Jawa Tengah dan mempunyai anak 5 orang
yang menjadi raja adalah Raden Pancadiyana, namun karena beliau lebih memilih
menjadi pendeta dan menikah dengan bidadari cantik bernama Dewi Laksmita,
hingga tahtanya diberikan kepada adiknya yang bergelar Prabu Paweadrya.
Prabu
paweadrya bergelar Resi Paweadyana hidup bersama istrinya Bidadari Dewi
Laksmita di Gunung Mermabu.
Prabu Paweadrya (adik Resi
Pawedyana) di Pengging mempunyai permaisuri Dewi Gundawati binti Prabu Jayamisena (Angling Darma) di kerajaan
Malwapati/Kabupaten Bojonegoro mempunyai 4 orang anak.Yang menjadi raja adalah
Raden Saputra / bergelar raja Dewakusuma/Prabu Dewanata di kerajaan Pengging
atau Prabu Anglingdrya.
Prabu
Anglingdrya mempunyai 2 istri :
-
Dewi Soma
binti Resi Pawedyana yang beristri bidadari Dewi Laksmita
-
Dewi Sinta
binti Resi Wirahaspati pendeta Gunung Cangkring yang beristri bidadari.
Prabu
Anglingdrya mempunyai 3 orang anak,yang menjadi raja adalah Prabu Suwlacala
yang berwilayah di Medhangkemulan(wilayah Jawa Tengah Utara dan Jawa Timur
selain Kerajaan Malapati / Bojoegoro).
Prabu Suwelacala mempunyai
permaisuri Dewi Darmastuti binti PrabuWindhajaka mempunyai anak 5 orang. Yang
menjadi raja adalah:
Prabu Sri Mahapunggung (Raden Jaka Kandhuyu) Menjadi
Raja mempunyai ibukota di Purwarita (Purwakarta .– Jawa Tengah).
Prabu Sri
Mahapunggung beristri permaisuri Dewi Wara Surastri binti Prabu
Pandayanata,mempunyai anak 7 orang, yang menjadi raja adalah Raden Subrata atau
Resi Jatayu bertempat tinggal di Jenggala (Shingasari).
Resi Jatayu
mempunyai 5 orang istri dan mempunyai 6 orang anak,yang menjadi raja adalah
Raden Harya Jayengrama bergelar Prabu Lembu Amiluhur di kerajaan
Jenggala,mempunyai 6 orang istri dan mempunyai istri selir sebanyak 40 orang
dan mempunyai anak 100 orang.
Yang menjadi
raja adalah Raden Putra bergelar Prabu Suryawasiya di kerajaan Jenggala.
Nama Raden
Putra banyak sekali karena sering menyamar berkelana mendekati rakyatnya lebih
dekat, diantara namanya:
-
Raden Panji
Kasatrian
-
Raden
Priyambada
-
Raden
Kudarawisrengga
-
Raden
Dhawuhmarna
-
Raden
Wirenghulung
-
Raden
Panji Wanengpati
-
Raden
Kelana Jayengsari
-
Raden
Asmarabanangun (R.ande – ande lumut) yang menikah dengan Putri cantik Dewi
Galuh Candrakirana dari Kediri atau klenting kuning.Makam Klenting Kuning
berada di bukit Wringin Sapta sebelah Bendungan Selorejo – Desa Ngantang – Kota
Batu – Kabupaten Malang.
Prabu
Suryawisesya / Raden Panji Asmarabangun mempunyai permaisuri Dewi Galuh
Candrakirana dan mempunyai 7 orang istri selir dan mempunyai 8 orang putra,yang
tertua namanya:
Raden Nawang terkenal dengan
kisahnya sebagai Raden Panji Semirang. Dan yang menjadi raja adalah yang nomer
2 yakni:
Raden Lambang bergelar Prabu
Surya Amiluhur raja Jenggala dan setelah pindah ke Pajajaran/Jawa Barat
berganti nama menjadi Prabu Mahesa Tandreman. Prabu Mahesa Tandreman mempunyai
5 orang istri dan yang menjadi raja adalah Raden Jaka Saputra/Raden Lembu Pangersa
di kerajaan Pajajaran dan setelah menjadi raja bergelar Prabu Banjarsari di
Galuh – Pajajaran.
Raja Banjaransari Dengan Permaisuri
Dewi Sri tatayi mempunyai Anak prabu Munding wangi meneruskan tahta ayahnya
menjadi raja Di Kerajaan Galuh pajajaran – Jawa Barat.
Raja banjaransari mempunyai 25
Orang Istri Selir dan diantara Selir – selirnya tersebut terdapat 6 Orang
Bangsa Bidadari yaitu :
1.
Bidadari
ratna Kencana suradiwati
2.
Bidadari
Herawati Hapsari
3.
Bidadari
nawang Arum / Ismayawati
4.
Bidadari
Mayang Arum / Ismarawati
5.
Bidadari
mayang taruna / Ratnawati
6.
Bidadari
Sulendrawati/ Ratu Ayu Galuh
Seluruh anak – anak Prabu banjaransari ada 76
Orang diantara 76 orang tersebut yang menjadi Raja adalah Prabu MundingSari ,
beliau mempunyai 6 Orang putra – putri
yang mengantikan beliau menjadi raja adalah anak ke 1 yaitu
Mundingwangi sedangkan anak
banjaransari yang No 5 ( lima ) adalah
Silahwangi menjadi raja pada kerajaan Maja.
Sedangkan anak yang No 6 ( enam ) adalah Prabu
Siliwangi menjadi Raja di Kerajaan Kuningan ( kini Kab. Kuningan dan kabupaten
Majalengka )
Dari garisnya Prabu Silinwangi
inilah menurunkan raja – raja pada kerajaan – kerajaan Sunda – Jawa barat
Prabu Mundingwangi ( raja Galuh
pajajaran ) anak raja Banjaransari yang tertua menikahi Dewi sataman ( Putri
Pendeta dari Ujung Kulon ) mempunyai 12 Anak dan yang mengantikan ayahnya
adalah R. sesuruh atau Prabu harya Tandreman.
Diantara 12 Orang anak – anak Raja
Mundingwangi tersebut adalah 1 ( satu ) orang yang mengikuti agama Islam yaitu
Raden harya margana namun beliau diusir dari istana dan harus keluar dari
kerajaan galuh pajajaran ,beliau pergi da berganti nama menjadi susuhunan Atas
angin atau Pangeran Atas Angin .
Pada waktu itu hampir separuh bumi
dibawah kekuasaan kekalifahan Islam yang dipimpin oleh Dinasty Abbasyiyah
berpusat di Bagdad atau Irak. Dinasti
Abbasiyah adalah anak cucu dari sayyidina Abbas ra. ( Paman nabi Muhammad SAW )
yang paling cerdas diantara sahabat – sahabat nabi SAW.
Dinasti
Abbasiyah datang dari Arab Saudi ( Hejaz ) menuju Bagdad dan berhasil
mengalahkan Dinasti Muawiyah bin Abi Sofyan ( Keturunan Abu Sofyan , orang –
orang Arya atau Irak yang menjadi Bankir kaya raya di tanah Hejaz atau Arab )
dan berkhianat pada Kholifah Ali Bin Abi Thalib ra dengan jalan mendirikan
Dinasti Muawiyah di tanah asalnya Bagdad atau Irak ( Bekas Negara Babilonia ).
Dengan kekuasaan militer tanpa
persetujuan suara rakyat ( tidak seperti cara Khulafaur Rosidin ) sahabat nabi
sebelum munculnya Rezim Muawiyah )
Kekuatan Nomer dua setelah Dinasti
Abasiyah adalah kekaisaran Cina atau Tiongkok selanjutnya Nomer 3 adalah Negara
–negara yang terpecah belah berdiri sendiri – sendiri yang mana di P. Djawa
hanya ada satu Negara Besar yaitu Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Raja
Kertanegara ( Buyut dari Sang Akuwu Tunggul
Ametung dan Ratu Ken dedes ) dan banyak Negara – Negara kecil salah satunya
adalah Galuh pajajaran.
Pada masa Dinasti Abbasiyah
berkuasa banyak para sufi dan para Pendakwah – pendahwah Agama Islam dengan
aman berkeliling di Bumi memasuki Negara – Negara yang belum mengenal agama
Islam termasuk di P. Jawa.
Setelah keluar dari Istana
Pajajaran , Pangeran Atas Angin banyak berguru pada para sufi yang dating ke
Pulau jawa sambil berdagang hingga pangeran Atas Angin mengikuti langkah hidup
berhakekat dan mencapai Ma’rifatullah , makam beliau terawatt rapi sampai kini
di belakang Pengimaman Masjid Agung Demak – Jawa Tengah.
Sedangkan dari 12 Orang anak Prabu
Mundingwangi yang menjadi raja adalah Raden harya tanduran ( R. sesuruh ) namun
beliau pergi dari ayannya dan lebih senang mengabdi kepada Raja Singhasari di
Jawa Timur yakni Raja Kertanegara dan Tahta pajajaran beliau serahkan kepada
adiknya yakni Raden Siung wanara atau Raden banyak Widhe.
Raden Siung Wanara adalah Nama
diwaktu menjadi raja pajajaran namun setelah cucu keponakannya yakni Pangeran
Han – han atau Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit , beliau Raden Siung Wanara
sering dimintai bantuan oleh Raden Wijaya untuk tugas memimpin armada Angkatan
Laut majapahit keluar Pulau Jawa, yang mana disaat mengemban tugas tersebut
bergelar nama Laksamana AL Banyak widhe , dan bila selesai mengemban tugas pulang
kembali ke Pajajaran menjadi raja bernama R. Siungwanara.
Raden sesuruh atau Prabu Harya
Tanduran berganti nama menjadi Bra Tama atau Bra Tala , dan mempunyai 2 Orang
istri dan yang seorang tidak mempunyai anak dan yang seorang lagi berasal dari
Negeri Tiongkok atau Putri Cina yang bernama Putri Kian.
Dengan
Putri Kian mempunyai 5 Orang Anak :
1.
Raden jaka
manguri Atau Prabu Anom
2.
Dewi Pamedarsih atau rara mandar menikah dengan
Nahkoda kapal laut dari Hejaz ( arab ) bernama Sayyid Abdurrohman Adzimat Khan
dan menjadi adipati Tuban bergelar Arya Teja.
3.
Dewi
Murdaningkung menikah dengan Raja di Pulau Bali
4.
Dewi
Murikangen menikah dengan Raja dari Kerajaan Banjarmasin – Kalimantan Timur
5.
Prabu Bra
Kumara menikah dengan Putri dari Tiongkok yang bernama Putri Ding – ding dan
mempunyai 2 orang anak yakni :
I.
Putri Yo
Gan, menikah dengan prabu Bra Tandriya raja Pengging
II.
Pangeran
Han – han atau Raden Hananingkung atau
harya Bra Wijaya , beliau mengantikan ayahnya menjadi Raja di Majapahit kecil (
Wilayah tarik Sidoardjo , Gempol, japanan, pandaan dan Hutan Mojo ( Mojokerto )
Pada Masa raja Kertanegara gugur
diserang oleh Raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri beserta Pasukannya dan
singasari menjadi jajahan kerajaan Kediri, Raden Wiajya berkelana dengan
memakai nama samaran . Dengan memakai nama Raden Nararya menggalang rasa
persautuan antar kadipaten untuk mencari cara bagaimana caranya leaps dari
penjajahan kerajaan Kediri, beliau mendengar kabar bahwa kaisar Khu bi lai khan
hendak menuntut balas atas kematian utusanya yang sebagian di bunuh dan
sebagian dibuat cacat oleh Raja Kertanegara sewaktu kaisar Khu Bi Lai Khan
mengirimkan rombongan Ekspedisi nya ke kerajaan Singosari.
Supaya keluarga Raja Kertanegara
tidak bercerai berai dan supaya tidak dibunuh oleh Orang – orang dari Kerajaan
Kediri maka ke 4( empat ) Putri Raja Kertanegara ( karena Raja Kertanegara
tidak mempunyai anak laki – laki ) maka ke empat orang itu dinikahi semuanya
oleh Raden Wijaya dan dijamin keamanannya.
Menjelang kedatangan tentara Tartar
yang dipimpin oleh Jenderal I kimese dan Jenderal Wengki oleh Raden Wijaya
beserta pengikut – pengikutya ke empat istrinya diungsikan ke pulau Madura dan
dilindungi oleh Adipati Arya Wiraraja ( Ayah Raden Ronggolawe ) beserta seluruh Rakyat Madura.
Dengan bantuan Prajurit – prajurit
Singasari serta bantuan dari Kerajaan Pengging ( Ayodyakarta ) sebab Raden
Wijaya mempunyai istri dari Kerajaan Pengging dan pasukan bantuan dari Pulau
Madura yang dipimpin oleh Panglima Lembu Sora ( adik Arya Wiraraja ) dan
panglima muda Ronggolawe, kesemuanya siap berjuang untuk lepas dari cengkeraman
Kerajaan Kediri.
Akan tetapi Raden Wijaya siap
dengan siasat nya yang lebih tepat yaitu menyambut kedatangan pasukan tartar
dengan baik dan ditipunya bahwa anak dari Prabu Kertanegara adalah Pangeran
Ardharaja Raja Kediri ( Anak Raja jayakatwang ) dan harus dihancurkan total
rata dengan tanah.
Dengan Tipu muslihat yang halus
serta semangat ingin membalas dendam atas penghinaan raja Kertanegara ,mereka
semua mengikuti apa saja yang diutarakan oleh Raden Wijaya dan berangkatlah
Armada tentara Tar tar melewati Sungai Brantas menuju Kediri.
Taktik yang dijalankan begitu
sempurna sehingga tanpa ampun Kerajaan Kediri dihancurkan tanpa sisa oleh
Pasukan Tar tar, sehingga tak satupun Peninggalan Kerajaan Kediri yang tersisa.
Bumi
hangus yang diterapkan Pasukan tar tar membuat mereka mabuk kemenangan sehingga
dengan mudah Raden Wijaya mempersiapkan Taktik nya yang kedua.
Setelah berpesta pora , bergembira
tiada batas dengan suguhan – suguhan yang telah dipersiapkan mereka sudah tak
ingat lagi ,maka dengan mudahnya mereka dilumpuhkan oleh Pasukan –pasukan
gabungan hingga banyak tentara tar tar berlarian ke pelabuhan Ujung galuh ,
sedangkan disana mereka disambut oleh Tentara – tentara Madura dan dibantai
habis – habisan . Pada daerah Pintu air jagir – ujung Galuh ( Surabaya )
pasukan Tar tar hancur Total pada Tanggal 21 Mei 1293 M dan segelintir kapal
lautnya yang kembali ke Tiongkok.
Dengan hancurnya Kerajaan Kediri
serta Kemenangan yang didapat oleh Raden Wijaya sehingga diumumkanya bahwa
telah berdiri Kerajaan Majapahit pada Tahun 1243 M dengan Rajanya yang bergelar
“
Prabu Sang Rajasa Sanggramawijaya
“dengan permaisurinya Putri Raja Kertanegara yang tertua yaitu :
1.
Ragapadmi Tribuwana Gayatri Sang Nareswari serta adik – adiknya menjadi selir R. Wijaya
2. Pradjna
Paramita
3. Narendraduhita
4. Mahendradatta
Sebelum menikah dengan
Putri – putri Kertanegara Raden Wijaya telah menikahi Putri Raja Pengging dan Putri
Adipati Tuban. Setelah itu Raden Wijaya menikah lagi dengan putrid dari Melayu
( Kiriman ekspedisi Pamalayu ) yaitu Putri Dara Pethak dan Dara jingga, yang
mana dara petak Putri Indraswari.
“ Sekian dulu untuk Kitab Pangiwo
– panengen Jilid III , mudah – mudahan
bisa bermanfat dan tunggu Jilid IV akan segera tayang
tulisan ini masih banyak catatan yang perlu perbaikan untuk itu kami mohon kritikan dan masukan
ReplyDeleteBerdasarkan catatan keluarga kami secara turun temurun, Raden Sesuruh/ Bratana adalah Putra dari Prabu Pamekas/ Mundhing Piaran Mas Panjawi/ Prabu Sunda Hanyakrawati dengan Dewi Ambarsari, sedangkan Prabu Pamekas adalah Putra dari Prabu Mundhing Wangi dengan Endang Setaman.
ReplyDeleteAtau Raden Sesuruh adalah cucu dari Prabu Mundhing Wangi, harap minta konfirmasi mungkin kami yang salah.....
Terima kasih Mbah Kung informasinya ,akan kami konfirmasi dengan nara sumber kami
ReplyDeleteSedangkan dari 12 Orang anak Prabu Mundingwangi yang menjadi raja adalah Raden harya tanduran ( R. sesuruh )=oke...terima kasih atas informasinya... ==namun beliau pergi dari ayannya dan lebih senang mengabdi kepada Raja Singhasari di Jawa Timur
ReplyDeletebidadari itu nencari keturynany yg bertanggal lahir sama
Deletebidadari itu nencari keturynany yg bertanggal lahir sama
DeleteMungkin bisa ia bisa tdk mbak e..
DeleteMaaf ikutan nimbrung njihh....bukankah dewi kandita itu putri dari munding wangi...dlm ceritanya dewi kandita disantet ibu tirinya dibuat kudisan penyakit kulit menjijikkan...akhirnya dia diusir dari pajajaran dan lari karang hawu pelabuhan Ratu? Kalo ini bener berarti kandita saudara kandung raden sesuruh ya...
ReplyDelete