Mengupas Serat Dharmo Gandul Bag I


MENGUPAS
SERAT DHARMO GANDUL

            Serat dharmo gandul memang tidak ada yang bertanggung jawab dibalik pelecehan terhadap perjuangan Wali Songo namun ditilik dari tulisannya jelas bukan Orang Islam, Orang Budha maupun Orang Hindu akan tetapi adalah oknum Orang Djawa yang disuruh oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengadu domba Umat Islam dengan umat Budha.
            Penulisan Sejarah erat kaitannya dengan bukti – bukti sejarah  serta mempunyai kepastian penulisan dengan rujukan penelitian – penelian serta bukti yang akurat.namun tidak demikian dengan Serat Dharmo gandul yang melemparkan batu sembunyi tangan.
            Serat Dharmo Gandul di tulis oleh Kalamwadi , dengan waktu penulisan hari Sabtu Legi, 23 Ruwah 1830 ( atau sangkala Wuku Gunung Ngesthi Nata, sama dengan 16 desember 1900 ) namun ada yang memfitnah yang membuat Ronggowarsito namun beliau meninggal 29 tahun sebelumnya.jadi tidak benar kalau beliau yang mengarang.
            Dari Tulisan tersebut sudah dapat diprediksi bahwa Bangsa Belanda mempunyai misi untuk mengaburkan sejarah masuknya Agama Islam,sehingga orang akan lupa bahwa sebenarnya yang merusak tatanan yang sudah mapan itu adalah Bangsa Belanda yang mempunyai misi Kristenisasi di pulau Djawa,sehingga Generasi Muda Bangsa Indonesia akan menyalahkan “ Wali Songo “ sebagai Biang Keladi runtuhnya Majapahit yang merupakan cikal bakal terbentuknya yang bernama Bumi Indonesia.
            Kunci untuk memporak porandakan Bangsa ini sudah jelas adalah “ Adu Domba “ ( devide Et Empera ) sehingga dengan memunculkan Serat ( Tulisan ) ini “ dharmo Gandul akan menuai kesuksesan seperti yang sudah diterapkan selama ini.
            Jelas Serat “ Dharmo gandul “ bukan sebuah karangan yang menunjukkan buktri sejarah namun merupakan penulisan “ Yang Mengaburkan Sejarah “
Belanda memang satu – satunya Tersangka yang mempunyai andil untuk menerbitkan Serat Dharmo Gandul yang mempunyai tujuan “ memperkeruh suasana “ sehingga tercipta situasi yang sangat menguntungkan terhadap keberadaanya di Bumi yang bernama Djawa.
            Yang menjadi Pertanyaan ? mengapa bangsa ini selalu saja dibodohi oleh Bangsa lain, bahkan sampai saat ini “ Bid’ah Dharmo Gandul masih saja menyelimuti bangsa ini,Mengapa mereka tidak Kritis sehingga mengetahui kebenaran yang hakiki.
            Dengan Menghujat Islam otomatis mereka memasukkan Bangsa Arab sebagai tersangka kedua yang merusak tatanan bangsa Djawa “ bahkan mereka adalah sebangsa Tikus yang dikasih hati minta ampela “.sungguh aneh dan tidak ada bukti sejarah bahwa bangsa Arab menjajah Bumi yang bernama Djawa.
            Di Dunia yang terkenal bangsa Penjajah adalah Belanda, Portugis, Inggris,Romawi,dll, namun tidak satupun Tulisan Sejarah yang mengatakan bahwa “ Bangsa Arab Menjajah Bumi yang bernama Indonesia.
            “ Kang diarani agama srani iku tegese srananane ngabekti temen – temen ngabekti marang Pangeran ora nanganggo nembah brahala, mung nembah marang Allah, Mula sebutane Gusti Kanjeng Nabi Isa Putrane Allah kang Mujudake , mangkana kang kasebut ing kitab Ambiya’”
            “ carita tanah mesir, Panjenengane Kanjeng Nabi dawud..dst ( cerita Kitab Perjanjian lama dalam kitab 2 sanuel pasal 15 – 18 )
            Jadi sangatlah jelas ! bukan Orang Budha atau Hindu yang mengarang Serat Dharmo Gandul akan tetapi adalah Orang Djawa sendiri ( Mungkin penganut agama kristiani ) yang sudah mengabdikan diri untuk Bangsa Penjajah ( Antek Kapir Belanda ).
            Demikianlah Kupasan kami mengenai Serat Dharmo gandul ,mudah – mudahan bermanfaat untuk kita semua.



Wassalamu’alaikum Wr Wb.




Kyai Djawan samudro al fakir

Comments

  1. Sejarah tak ada yang obyektif, setiap penulisan tentu saja mengandung tendensi kepentingan tertentu. Namun bukan berarti setiap kisah sejarah semuanya tak layak dipercaya. Banyak pula sejarah yang memenuhi syarat metode ilmiah. Bicara sejarah Indonesia masa lampau terutama yg berhubungan dengan sistem kepercayaan tampak sekali ada tendensi-tendensi subyektif. Karena sejarah sudah berupa tulisan manusia yg memiliki kepentingan. Banyak manipulasi sejarah yang dicampuraduk antara cerita wayang dengan cerita wali sanga. Kadang tampak begitu emosi ingin mengunggulkan kepentingannya sendiri, sampai-sampai dongeng dikatakan sbg sejarah. Yang penting tokohnya selalu di atas sebagai pemenang. Misalnya cerita wayang Prabu Yudhistira yg tidak bisa mati lalu bertapa di alas ketangga, maka yg menyempurnakan sehingga bisa mati adalah seorang wali. Atau Prabu Jayabaya yg bertahta jauh sebelum para pedagang Mesir masuk ke wilayah Jawa, namun dalam kitab Musarar dijelaskan betapa tunduk takluknya Prabu Jayabaya kepada seorang syeh dari Timteng. Ada pula mitologi yg dianggap sejarah nyata misalnya Kanjeng Ratu Kidul yg begitu takluk tunduk kepada seorang nabi. Semua justru terkesan janggal dan aneh. Dalam sejarah agama sekalipun, penuh dengan mitologi yg tak bisa dibuktikan melalui penelitian ilmiah para ahli arkeologi. Krn yg diperlukan hanyalah keyakinan saja. Namun juga kita tidak boleh mentang-mentang lantas memanipulasi suatu kebenaran dengan kepentingan subyektif hanya karena tak butuh aspek ilmiah.
    Agama ageming aji. Kita harus selalu eling bahwa agama bukanlah TUJUAN, namun agama adalah sarana mencapai TUJUAN. Tujuan kita apa ? hidup yang bermanfaat untuk diri sendiri, untuk orang2 terdekat, untuk sesama makhluk, dan untuk alam semesta. Bermanfaat artinya tidak merusak, tidak merugikan, tidak mencelakai, tidak menghancurkan. Sebaliknya kita harus memberi makna dan arti yang berguna secara nyata untuk kebaikan semuanya, dengan tanpa pilih kasih. Itulah dasar dari nilai universalitas agama, yakni kasih sayang.
    Bagaimana jadinya jika kasih sayang kita perjuangkan dengan cara pertumpahan darah ? Kebenaran sejati bagai cermin yg pecah berantakan, semenara itu agama, ajaran, ilmu pengetahuan masing-masing memungut satu di antara pecahan cermin itu.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KITAB PANGIWO PANENGEN III

PANGIWO - PANENGEN JILID V TAMAT

AJIMAT KALIMOSODO