PANGIWO - PANENGEN JILID V



PRAKATA

                   Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Alloh SWT, karena hidayah, inayah dan maunah sehingga al fakir Kyai Djawan samudro dapat menyusun kembali Kitab Pangiwo dan Panengen Jilid V Yang merupakan Jilid akhir Kitab Pangiwo – Panengen dapat kami hadirkan kembali ketengah pembaca tidak terlepas dari Perjuangan Nara sumber kami, Ibu Endang Permata Asri ,yang mana sudah sekitar 1 tahun mempersiapkan tulisan tersebut.tak lupa salam taklim kami kepada junjungan kami tercinta Muhammad SAW yang kami harapkan syafaatnya ila yaumil kiamah.
                   Kitab Pangiwo – Panengen ini merupakan Karya Asli Tim Kyai Djawan Samudro bersama Nara Sumber Tunggal kami, Ibu Endang Permata Asri ,serta blusukan ke Museum- museum untuk mencatat dari naskah – naskah kuno. Maka untuk itu bilamana ada acara – acara TV sekiranya mengambil seluruh atau sebagian Naskah kami hendaklah sekiranya Pamit kepada kami untuk KULO NUWUN, atau kirim SMS ke 081554980751 – 081554980673 hanya itu yang dapat kami sampaikan, dikarenakan ada salah satu Stasiun Televisi yang banyak mengambil tulisan – tulisan kami pada Blog Kyaidjawansamudro.blokspot.com.namun tak ada pemberitahuan ataupun SMS pada kami selaku pemegang Hak siar maupun hak tulis.
                   Sejarah Bangsa ini tidak terlepas perjuangan Mujahid – mujahid Islam yang begitu tulus ikhlas berjuang untuk Bangsa dan agama ini, Dinul Islam. Maka selayaknya kita sebagai generasi Muda harus berterima kasih kepada perjuangan beliau- beliau para Wali Songgo dan Da’i serta kyai Lokal tanah djawa ini, ISLAM tidak terlepas dari Perjuangan beliau ( Penegak Kebenaran ) yang berda’wah tanpa pamrih.
                   Mudah- mudahan dengan adanya tulisan ini ,kita semakin faham tentang sejarah yang benar ,bahwa Islam datang melalui kesadaran diri,tanpa adanya unsur paksaan ,semata – mata datang karena hidayah dari Alloh SWT.
                   Akhirnya hanya ini yang dapat kami sampaikan mudah- mudahan bermanfaat untuk kita semua sebagai bahan kajian untuk menyiasati hidup dan kehidupan.


                                                                                                            Kyai Djawan Samudro



BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK
                   Sejak kerajaan Demak berdiri Tahun 1478 M bersamaan peresmian Masjid agung Demak ,saat itulah P. Jawa dipimpin oleh Raja beragama Islam pertama kali yang berasal dari Putra mahkota Majapahit sendiri anak dari Prabu Brawijaya V ( Prabu kertabumi / Kertawijaya dengan Putri Ratna Juwita / Putri Funan dari Tiongkok Selatan ).
                   Setelah Kepulangan Pangeran Jimbun dari menunaikan Ibadah Haji di mekkah beliau mendapat gelar Sultan Akbar Al - Fatah terkenal dengan  sebutan R. Patah (1478 – 1518 M ) Yang mana Kerajaan Demak bergerak dalam bidang pertanian, Perdagangan dan Perdagangan Internasional lewat kelautan / Maritim yang berkerjasama dengan Tiongkok , Malaka dan Timur Tengah.
                   Semenjak R. Patah wafat , tahta dipegang oleh anak beliau yang pertama yaitu Pangeran Mukhammas Yunus yang terkenal dengan sebutan Adipati unus ( 1518 M – 1521 M ) karena beliau sering membantu Malaka melawan Portugis di selat Malaka maka beliau terkenal dengan sebutan Pangeran sebrang Lor.
                   Pada Tahun 1511 M ,Malaka jatuh ke tangan Portugis , sejak saat itu Kerajaan Demak putus hubungan dengan Malaka, hanya berdagang dengan Tiongkok dan Timur Tengah.
Sultan Adiapti Unus mempunyai anak al : Pangeran Madyo Pandan ( menjadi Sufi ) yang pada masa tuanya pindah ke Pulau Tigang Ngampar / Bukit Mugas. Pangeran Madyo Pandan mempunyai anak Pangeran Pandan ( Ki ageng Pandan Arang ) sebagai jurunata / Pejabat yang diangkat oleh Kerajaan demak mengatur daerah pangisikan dan Bubakan ( kini kota Semarang ) beliau diambil menantu oleh Pendeta ajar Pragoto dinikahkan dengan putrinya bernama Endang sejanila. Makam Beliau berada di Jl. Mugas dalam II /4 sebelah gedung SMPN 10 Semarang Jawa tengah.
                   Sultan Adipati Unus melihat masa itu satu persatu negeri – negeri Islam jatuh ke tangan bangsa – bangsa eropa yang mempunyai persenjataan yang lebih Modern, sedangkan di P. Jawa baru saja penduduknya beragama Islam,sangat diperlukan Pendidikan rasa persatuan antar keyakinan untuk lebih mencintai tanah airnya dan Pendidikan Bela Negara yang terlatih.
                   Bagi Sultan Adipati Unus yang sejak Remaja terbiasa hidup terdidik cara satriya , menginjak dewasa terbiasa hidup dikancah perjuangan dan peperangan di tengah- tengah samudra selat malaka membawa Pejuang – pejuang Sukarelawan dari P. Jawa yang ingin membantu Negeri – negeri Sahabat Melawan Portugis yang ingin menguasai rempah – rempah dan perekonomian Kerajaan malaka.
                   Pendidikan Bela Negara sangat penting untuk mendidik dan mengembleng Pemuda – pemuda untuk dididik kerohanian yang dalam dan pendidikan cinta tanah air yang sangat terlatih.
Dilihatnya sangat kurang Tenaga kerohanian untuk disebar di pelosok – pelosok P. Jawa , maka diputuskannya untuk menyerahkan tahta Kerajaan kepada adiknya yang dilihat nya lebih piawai dalam strategi militer dan strategi bernegara yaitu Pangeran trenggono, sedangkan beliau sendiri hendak memimpin para Ulama , para pendeta dan para ketua – ketua adat untuk mengatasi generasi muda dalam melangkah kedepan. Jauh – jauh hari sebelum Pangeran Trenggono menjadi Sultan , sewaktu Adipati unus menjadi sultan, tiba – tiba Abang Pangeran Trenggono yakni Pangeran Sekar sedo Lepen ( sebenarnya lebih berhak atas tahta daripada R. Trenggono) Tiba – tiba pangeran Sedo Lepen terbunuh dan wafat meninggalkan anak yang masih balita yakni Arya Penangsang. Pembunuh P. Sekar Sedo Lepen adalah R. Arya Prawoto / sunan Prawoto anak sulung dari P. Trenggono.
                   Maka Adiapti Unus menyerahkan tahta Kerajaan Demak kepada P. Trenggono dan bergelar Sultan Trenggono ( Th. 1521 M – 1546 M ) di Pimpin sultan Trenggono Kerajaan Demak Maju dengan pesat mencapai kejayaanya.
                   Pada Th 1522 M. Kerajaan Demak dipimpin oleh Panglima Perang Adipati Terung / Lasem yakni Pangeran Sun Kin San ( Raden Husein adik Raden Patah lain auah satu Ibu ) bergabung dengan Angkatan Perang Kerajaan Cirebon yang dipimpin Oleh Panglima Perang Fatahillah / Fadilah Khan ( Menantu Sunan Gunung Jati Yang berasal dari Gujarat / India Belakang ) mereka bersama – sama mengusir Portugis dari Bumi Sunda Kelapa ( kini Jakarta ) Dalam Pertempuran yang seru tersebut mereka berhasil mengusir Portugis dari Pulau Jawa dan Portugis pergi selama- lamnaya dari Pulau Jawa namun bercokol di Bumi Lorosae ( kini timor Timur / republic Timor Leste ) sejak kepergian Portugis , Sunda Kelapa diganti menjadi jayakarta ( kini Jakarta ) dan menjadikan Pangeran Wijayakarta ( anak Fadilah Khan menjadi Adipati / Tumenggung ( Gubernur Pertama Jayakarta th 1522 M.
                   Perlu diketahui Marga Khan masih berasal dari darahnya Sayidina Hasan Bin Ali bin Abi Thalib ( anak dari Fatimah Zahra ra dengan Syaidina Ali Karomallohu wajhah ) sedangkan marga Adzimat Khan berasal dari darahnya Hussein bin Ali Bin Abi Thalib yang gugur di Karbala dibantai oleh Diktator Yazid bin Muawiyah bin Abu Sofyan ,Orang Irak ( Makam Sayid Hussein di Karbala , Irak )
                   Portugis menguasai Timor Timur selama 452 tahun dan berhasil keluar dari Timor – Timur karena dipukul mundur oleh Pasukan President Almarhum H. Muhammad Soeharto th 1974 dengan hancurnya Benteng – benteng Portugis satu persatu diantaranya Benteng Besar ERMERA, Sejak saat itu Portugis pergi selama- lamanya dari Bumi Indonesia / Nusantara.
                   Setelah Sultan Trenggono wafat , tahta dipegang oleh anak sulungnya yakni Sunan Prawoto ( yang dulu membunuh Pangeran Sedo Lepen / Ayah Raden Aryo Penangsang )namun Arya Penagnsang telah menjadi Adipati di Jipang Panolan ( Blora ) beliau membalas dendam kematian ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto dan juga membunuh adik ipar Sunan Prawoto
YAITU Pangeran Hadiri ( suami Putri Kalinyamat / Putri Bungsu Sultan Trenggono ) dan mengambil kembali tahtanya yang seharusnys jatuh ketangannya.
                   Namun penilaian seluruh Masyarakat  Demak sangat Negatif / tidak setuju terhadap keberadaan Raden Aryo Penangsang menjadi Sultan sebab Masyarakat menilai Aryo Penangsang sangat Kejam karena begitu Tega membunuh 2 ( dua ) saudaranya yang masih satu kakek nenek dengannya. Mereka beranggapan mungkin aryo Penangsang akan bertindak lebih kejam terhadap rakyatnya,yang mana terhadap saudara sendiri saja sekejam itu bagaimana terhadap Orang lain ?.
                   Jeritan Hati Rakyat Demak ditampung semua oleh Ratu Kalinyamat ( Istri almarhum P. Hadiri sekaligus sebagai Putri Bungsu Sultan Trenggono satu – satunya pewaris tahta demak ) setelah diputuskan bersama- sama akhirnya Ratu Kalinyamat memanggil salah satu menantu Alm Sultan Trenggono yang paling sakti dan menjadi Panglima Kerajaan Demak yak’ni Raden Jaka Tingkir / Mas Karebet / Qorib Bait ( Sayyid Abdurahman Umar Faqih Ba’syaiban ) .
                   Raden Jaka Tingkir adalah anak dari Dewi Nawangsih ( Putri dari Bidadari Nawangwulan ( Nyai Roro Kidul ) dengan Raden Jaka Tarub ( Sayyid Ali Murtadlo Adzimat Khan ) dengan Ki Ageng Butuh / Raden Kebo Kenongo ( Sayyid Umar Faqih Ba’syaiban )
                   Ratu Kalinyamat berpesan pada Raden Jaka Tingkir bahwa apabila Raden Jaka Tingkir bias mengalahkan dan menyingkirkan Raden Arya Penagsang dari tahta Kerajaan Demak ,maka tahta Kerajaan Demak akan diberikan Kepada Raden Jaka Tingkir dan bisa diturunkan ke anak cucunya , sejak mendapat pesan tersebut Raden Jaka Tingkir selalu bertafakur bagaimana mengalahkan Orang sesakti Raden Arya Penagsang ?
                   Akhirnya raden Jaka tingkir berunding dengan salah satu guru dari Raden arya Penagnsang yakni Waliullah Sunan Kudus ( Sayyid Ja’fa sodiq ) , Sunan Kudus Mengerti dengan keadaan Rakyat demak yang sedang carut marut , beliau berpesan boleh dikalahkan dan diadili tetapi jangan dibunuh , tidak baik saling bunuh membunuh, legalah hati Jaka tingkir diizinkan untuk mengalahkan ,Menangkap dan mengadili sesuai hukum Kerajaan Islam Demak terhadap Raden Arya Penangsang.
                   Siang malam Raden Jaka Tingkir memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa memohon petunjuk kepada Tuhan Y.M.E supaya ada jalan Keluar baginya tidak mungkin sendirian mengalahkan Orang sesakti Raden Arya Penagsang.Akhirnya Raden jaka Tingkir memohon sahabatnya yang tak kalah sakti dengan Raden Arya Penagsang yakni Anak seorang waliullah yaitu Sayyid Maulana Akhmad Adzimat Khan Al- Kubro yang terkenal dengan panggilan Ki Ageng Nis ( Ki Gede Pemanahan  / Ki Bagus Saqhom.
                   Terjadilah Kesepaktan Strategi antara Raden Jaka Tingkir dengan Ki Ageng Pemanhan dalam taktik mengalahkan Raden Arya Penangsang tetapi kesepakatan strategi tersebut diketahui oleh Anak laki – laki yang mulai dewasa yaitu anak dari Ki ageng Pemanahan yang sejak kecil dipunggut oleh Raden Jaka Tingkir yaitu Sayyid Zainal Abidin Adzimat Khan Al – Kubro yang terkenal dengan panggilan Senopati Ing Alaga Raden Sutowijoyo ( Kelak menjadi Raja Mataram Islam Pertama ).
                   Raden Sutawijaya maju kehadapan 2 ayahnya tersebut agar ia saja yang membantu raden jaka tingkir karena Raden jaka tingkir berjasa besar mengasuhnya sejak bayi hingga ia dewasa bahkan didiknya langsung Ilmu Kesatriyaan Oleh Raden jaka tingkir disamping mendapat gemblengan sendiri ilmu- ilmu Kesaktian oleh kakeknya di Parang Kusumo yakni Waliullah maulanan Mukhammad Fadlulloh Adzimat Khan ( Pendatang dari Madinah yang menikahi salah satu Putri Brawijaya V ) dan ikut berjuang bersama – sama Raden Patah juga Wali Songo disaat melawan dan menghabiskan Rezim Giriwardhana  dulu diwaktu Giriwardhana menjajah Majapahit
                   Sesudah persiapan sudah matang maka Ratu kalinyamat istri almarhum Pangeran Hadiri selaku wakil dari Pihak keluarga Korban dari para Pangeran yang terbunuh menantang Raden Arya Penangsang untuk melawan wakilnya yakni Raden Jaka Tingkir.
                   Mendengar tantangan tersebut Raden arya Penagsang terbakar hatinya menyanggupi tantangan tersebut bahkan menertawakan dianggapnya ringan Raden jaka tingkir tersebut. Ketika Raden Arya Penagsang melihat Raden jaka tingkir diatas Kuda Perang jantan berada di tengah – tengah Lapangan depan Istana, langsung Raden Arya Penagsang menaiki Kuda Perang yang bernama Kyai gagak Rimang dipacunya kehadapan Raden Jaka Tingkir, dikala mereka berhadap – hadapan siap untuk bertempur tiba – tiba datanglah Ki Ageng Pemanhan menaiki Kuda Betina yang cantik dipacunya kedekat Kuda Kyai gagak Rimang , Langsung saja Kuda jantan kyai gagak Rimang mengejar kuda betina cantik yang dikendarai Ki Ageng Pemanahan , Raden Arya Penagsang sangat Panik mengendarainya,
                   Dalam keadaan Panik memegang tali Kendali kudanya yang terlalu cepat tersebut, Tiba – tiba Raden Sutowijoyo datang berkuda dengan sangat cepat menuju kearah Raden Arya Penangsang dan langsung menghujamkan Keris saktinya kearah Perut Raden Arya Penagsang , terburailah ususnya, namun Raden Arya Penangsang berhasil membulat – bulatkan ususnya pada Keris sakti tersebut supaya bisa mengendalikan Kudanya yang sedang Kalap mengejar Kuda cantik yang dinaiki Ki ageng Pemanahan namun Ki ageng semakin memacu cepat Kudanya membuat raden arya Penangsang tak merasakan usus- ususnya terputus oleh Keris sakti yang menancap diperutnya karena terus tergerak – gerak oleh gerakan – gerakan yang keras dari langkah Kuda Kyai gagak Rimang yang kalap, Hingga akhirnya wafatlah Raden Arya Penagsang bersimbah darah diatas Kuda Perangnya kyai gagak Rimang.
                   Raden Jaka Tingkir Tidak menyangka kalau anak pungutnya akan membunuh Raden Arya Penagsang padahal dia sudah menyiapkan Tali sakti Kyai Naga rante untuk dipakai menjerat Raden arya Penagsang supaya diadil dan dihukum sesuai Hukum Negara Kerajaan Demak.
Menyesallah Raden Jaka Tingkir karena kejadiannya diluar rencananya maupun diluar rencana Ki Ageng Pemanhan.
                   Seluruh Rakyat Demak menghadiri Upacara pemakaman Raden arya Penagsang, bagaimanapun beliau adalah salah satu Pangeran Kerajaan.
Raden jaka tingkir dan Kiageng Pemanhan menghadap ratu kalinyamat dengan menyesal dan memohon amppun Karena kejadianya diluar rencana mereka. Ratu kalinyamat menjawab bahwa itu semua sudah menjadi suratan takdir oleh Tuhan Yang maha Esa , yang mana siapapun yang membunuh suatu saat akan terbunuh, seperti ucapan Empu Gnadring pada Ken arok bahwa siapapun yang membunuh suatu saat akan terbunuh bahkan mengutuk keris yang dibawa oleh Ken Arok.
                   Setelah Ratu Kalinyamat menyerahkan tahta Kerajaan Demak dengan Ikhlas kepada Raden Jaka Tingkir ( Lengser Keprabon Madeg Pandito ).,sepeninggal penyerahan Kerajaan Demak. Ratu Kalinyamat semakin Khusu’ melakukan laku hakekat untuk mencapai ma’rifatullah demi kesejahteraan Keluarga, Bangsa Negara dan seluruh Rakyat Demak serta Dunia akhirat Hingga Tua Renta. Makam Beliau ada dibelakang Masjid Demak Jawa tengah

Comments

  1. Pangiwo- Panengen Jilid V ini masih dalam taraf penulisan jadi masih belum lengkap , mohon ma'af sebelunya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KITAB PANGIWO PANENGEN III

PANGIWO - PANENGEN JILID V TAMAT

AJIMAT KALIMOSODO